Liputan6.com, New York - Harga emas sedikit berubah setelah mencapai kuartal terbaiknya dalam setahun di akhir Maret. Ini didukung data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang mengecewakan dan komentar pejabat Federal Reserve pada Jumat pekan lalu.
Melansir laman Reuters, Selasa (4/4/2017), harga emas di pasar spot emas beringsut lebih rendah 0,1 persen menjadi US$ 1.246,87 per
ons. Sementara emas berjangka AS tergelincir 0,2 persen menjadi US$ 1.248,8.
Harga emas turun setelah data belanja konsumen AS tercatat hampir tidak naik pada Februari di tengah penundaan pembayaran restitusi pajak penghasilan.
Advertisement
Baca Juga
Namun pengaruh terbesar adalah dari kenaikan inflasi tahunan dalam hampir lima tahun didukung ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut pada tahun ini.
"The Fed bisa menghentikan kenaikan suku bunga saat kepemilikan obligasi mulai shedding, sebuah langkah yang akan berpengaruh kecil di pasar keuangan," ujar Presiden the Fed St. Louis Fed James Bullard pada Jumat pekan lalu.
Menurut Mark To, Kepala Penelitian Wing Fung Financial Group di Hong Kong, siklus kenaikan suku bunga telah membuat harga emas mungkin tetap di posisi US$ 1.200 sampai US$ 1.250 dan ini menjadi kesempatan memiliki emas.
"Tapi, masih ada beberapa ketidakpastian dalam iklim politik. Dua kekuatan menetralkan akan menentukan konsolidasi dalam kisaran itu, yang sangat mungkin bertahan," jelas dia.
Adapun harga emas membukukan kenaikan kuartalan sekitar 8,4 persen pada Jumat, menandai kuartal terbaik dalam setahun. Sebagian besar didorong ketidakpastian seputar kebijakan Presiden AS Donald Trump dan Pemilu di Eropa.
Sementara untuk logam mulia lainnya, harga perak turun 0,1 persen menjadi US$ 18,20 per ounce. Harga Platinum naik 0,7 persen menjadi US$ 952,30, sedangkan paladium naik 0,5 persen menjadi $ 799,25 per ounce.