Liputan6.com, Jakarta Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund /IMF) memperingatkan jika pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang melambat pada tahun ini, seiring langkah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang menaikkan suku bunga acuan dan meningkatnya rencana negara maju untuk membatasi perekonomiannya.
Di sisi lain, menurut IMF, sebenarnya negara berkembang tengah kembali menikmati pasar, seiring kenaikan harga komoditas dan aliran modal pasca krisis keuangan pada tahun 2000.
Negara berkembang pulih dari dampak krisis keuangan yang terjadi di dunia dan upaya China untuk menyeimbangkan kembali ekonominya dengan mengurangi ekspor komoditas.
Advertisement
Baca Juga
Dalam laporan bertajuk World Economic Outlook, melansir laman CNBC, Selasa (11/4/2017), IMF menilai peningkatan retorika proteksionisme dan pengetatan sektor keuangan di beberapa negara maju menimbulkan ancaman baru bagi pasar negara berkembang.
"Pertumbuhan pasar negara berkembang dalam beberapa tahun terakhir sekali lagi akan tampak heterogenitas - percampuran antara meruncing, terhenti, membalik dan menguat dalam beberapa kasus. Perubahan ini terjadi di tengah kondisi eksternal, termasuk memudarnya potensi pertumbuhan ekonomi negara maju, melambat dan rebalancing di Cina, serta pergeseran siklus komoditas yang telah mempengaruhi eksportir," jelas IMF dalam laporannya.
Dikatakan pula, bersamaan dengan risiko proteksionisme di negara maju dan kondisi pengetatan sektor keuangan yang merupakan bagian normal dari kebijakan moneter AS, perubahan ini membuat lingkungan menjadi lebih menantang bagi pasar dan pertumbuhan ekonomi negara berkembang ke depannya.
IMF menilai bahwa negara yang sedang berkembang dan membangun, yang memberikan lebih dari 75 persen ke pertumbuhan global dalam output dan konsumsi, saat ini menghadapi lingkungan eksternal yang paling rumit dalam beberapa dekade terakhir.
Namun, IMF menunjukkan bahwa negara-negara berkembang memiliki ruang untuk mengimbangi dampak dari kondisi eksternal tersebut.
"Dihadapkan dengan lingkungan eksternal yang kurang mendukung dibandingkan sebelumnya, pasar negara berkembang dan negara yang tengah membangun bisa mendapatkan hasil maksimal dari dorongan pertumbuhan yang melemah akibat kondisi eksternal," jelas IMF.
Menurut IMF, hasil maksimal bisa diperoleh negara berkembang dengan memperkuat kerangka kelembagaan dan mengadopsi bauran kebijakan yang melindungi integrasi perdagangan yang memungkinkan fleksibilitas nilai tukar. "Dan memastikan bahwa kerentanan yang berasal dari defisit neraca transaksi berjalan dan utang luar negeri, seperti tingginya utang publik," saran IMF dalam laporannya.
Â