Sukses

80 Hari Jadi Presiden, Trump Rogoh Rp 279 Miliar buat Biaya Dinas

Belum genap 100 hari masa pemerintahannya, Trump menghabiskan anggaran US$ 21 juta atau setara Rp 279 miliar untuk biaya dinas.

Liputan6.com, New York - Presiden Amerika Serikat Donald Trump tampaknya sulit untuk meninggalkan kebiasaan hidup mewahnya. Bagaimana tidak, selama 80 hari pertama masa jabatannya sebagai presiden, biaya perjalanan dinas Trump diperkirakan akan mampu melampaui biaya perjalanan Obama setelah menjabat selama 8 tahun.

Melansir CNN, Rabu (12/4/2017), selama 80 hari menjadi presiden, Trump menghabiskan anggaran US$ 21 juta atau setara Rp 279 miliar (kurs 1 US$ = Rp 13.298). Biaya besar yang dikeluarkan Trump ini menuai kritik apalagi setelah adanya anjuran Trump untuk memperketat bujet pemerintah.

Meski sulit untuk menerka berapa banyak biaya yang Trump habiskan untuk sekali perjalanan, laporan Government Accountability Office 2016 memperlihatkan perjalanan Trump ke Florida beberapa waktu yang lalu menghabiskan biaya US$ 3,6 juta atau Rp 47,8 miliar untuk pengamanan.

Laporan tersebut juga menyebutkan, kunjungan anak-anaknya ke resor mewah milik Trump Mar-a-Lago, juga dibebankan ke kas negara.

Selama hampir 100 hari masa pemerintahannya, Trump diketahui sering mengunjungi resor mewah untuk mengadakan pertemuan resmi. Ia juga suka menghabiskan waktunya untuk bermain golf, seperti yang dilakukannya saat menemui Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.

Berbeda dengan Trump, Obama dilaporkan menghabiskan dana di bawah US$ 97 juta atau 1,2 triliun selama delapan tahun kepemimpinannya sebagai presiden. Hal ini sesuai dengan laporan yang dikeluarkan oleh lembaga independen, Judicial Watch.

Maka tidak heran apabila banyak pengamat yang memperkirakan besaran biaya perjalanan dinas Trump akan menyalip Obama.

Padahal sebelum menjabat sebagai presiden, Trump selalu mengkritik Obama yang menurutnya sering menghamburkan uang untuk biaya perjalanan.

"Liburan Presiden Barack Obama menghabiskan dana jutaan dollar yang setara dengan biaya para pembayar pajak. Sulit dipercaya," tulisnya di akun media sosial Twitter pada 2012 silam.