Sukses

Bank Dunia Prediksi Inflasi RI Capai 4,3% di 2017

Efek inflasi dari kenaikan tarif listrik di akhir Mei dan masa Lebaran di bulan Juni diperkirakan akan mencapai puncaknya di Triwulan 4.

Liputan6.com, Jakarta Bank Dunia memprediksi inflasi Indonesia naik dari 3,5 persen pada 2016 menjadi 4,3 persen pada 2017. Kenaikan inflasi ini terkait naiknya tarif listrik dan pajak kendaraan.

"Peningkatan harga komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah menjadi pendorong utama inflasi yang lebih tinggi pada tahun 2017," menurut penjelasan Bank Dunia dalam laporan bertajuk Laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia yang mengutip situs Worldbank.org, Sabtu (15/4/2017).

Bank Dunia menyebutkan, setelah turun ke angka terendah kedua sejak tahun 2009 pada bulan Desember,  inflasi harga konsumen tahunan meningkat pada dua bulan pertama tahun 2017, meningkat menjadi 3,5 persen di bulan Januari dan 3,8 persen di bulan Februari.

Hal ini terutama disebabkan oleh kenaikan tarif listrik dan biaya pajak kendaraan bermotor, yang menyebabkan harga komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah naik 3,4 persen (tahun-ke-tahun) pada bulan Januari. Demikian pula pada  Februari naik  4,7 persen, dari 0,2 persen pada bulan Desember 2016.

"Kenaikan ini setelah adanya reformasi pemerintah untuk mengurangi subsidi listrik, 18,7 juta pelanggan pada kategori listrik 900VA akan terkena kenaikan tarif listrik bertahap setiap dua bulan mulai bulan Januari sampai Mei tahun ini," menurut penjelasan laporan tersebut.

Pada bulan Juli 2017, 18,7 juta pelanggan tersebut, yang mewakili 29 persen dari jumlah total pelanggan listrik, akan membayar skema tarif swa-penyesuaian (auto-adjusted) standar.

Inflasi inti yang tidak termasuk harga yang lebih tidak stabil seperti makanan dan bahan bakar minyak, juga meningkat, merayap hingga 3,4 persen pada bulan Januari dan Februari dari 3,1 persen pada Desember.

Sementara itu, inflasi pangan terus menurun, dari 5,7 persen pada bulan Desember menjadi 4,4 persen pada Februari, terutama karena kontribusi yang lebih rendah dari makanan olahan, yang meliputi harga beras yang relatif stabil dikarenakan hasil panen yang baik karena cuaca yang menguntungkan di tahun 2016.

Efek inflasi dari kenaikan tarif listrik di akhir bulan Mei dan masa Lebaran di bulan  Juni diperkirakan akan mencapai puncaknya di Triwulan ke-4 2017. Kenaikan harga minyak dunia juga diperkirakan akan berkontribusi untuk biaya produksi dan transportasi yang lebih tinggi.

Namun demikian, efek inflasi tersebut akan sebagian diimbangi oleh penurunan lebih lanjut dalam inflasi di sektor makanan, yang dikontribusikan oleh panen raya padi yang diharapkan terjadi pada semester pertama di 2017.

Bank Dunia memperkirakan tingkat inflasi IHK tahunan rata-rata meningkat 4,3 persen di tahun 2017,sebelum kemudian menurun ke 3,8 persen di 2018, dan tetap  berada dalam kisaran target inflasi Bank Indonesia sebesar 3 sampai 5 persen.

"Terdapat risiko yang menguntungkan (upside) dan merugikan (downside)  terhadap perkiraan tingkat inflasi. Tingkat inflasi yang sebenarnya  mungkin akan lebih tinggi apabila Pemerintah memutuskan untuk menaikkan  harga eceran BBM mendekati tingkat harga global. Sebaliknya, apabila pemerintah menunda pelaksanaan kenaikan tarif  listrik yang dijadwalkan  di  bulan Mei, tingkat inflasi yang  sebenarnya akan cenderung lebih rendah," mengutip penjelasan Bank Dunia.

Â