Liputan6.com, New York - Harga emas sentuh level terendah secara mingguan seiring dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat. Ketegangan antara AS dan Korea Utara dan pemilihan Prancis dan Inggris menjadi sentimen di pasar.
Pemilihan Prancis dan Inggris berdampak ke ekonomi Eropa sehingga juga mendorong permintaan investor terhadap logam mulia dalam beberapa hari ini. Harga emas mencetak kenaikan berturut-turut dalam lima sesi pada perdagangan Selasa kemarin.
Namun pada perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB)), harga emas turun US$ 10,70 atau 0,8 persen menjadi US$ 1.283,40 per ounce. Perdagangan yang bergejolak membuat harga emas belum tembus level US$ 1.300 per ounce.
Advertisement
Baca Juga
Pada awal perdagangan, harga emas cenderung tertekan terutama usai rilis bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve. Indeks dolar AS pun naik 0,2 persen menjadi 99,71. Demikian mengutip laman Marketwatch, Kamis (20/4/2017).
Sementara itu, pasar saham dan aset investasi berisiko cenderung variasi. Harga minyak pun melemah usai pasokan bensin secara mengejutkan naik.
"Pada akhirnya kami perkirakan dolar AS reli dapat berlanjut seiring pasar mulai fokus pada pertumbuhan AS lebih kuat didorong pengeluaran belanja sehingga mendorong inflasi lebih tinggi," kata Analis Morgan Stanley.
Namun, pertimbangan global juga menjadi fokus utama. Lantaran ketidakpastian politik dapat mendorong permintaan untuk investasi yang kurang berisiko.
Julian Philips, Pendiri GoldForecaster.com menuturkan, pihaknya juga tidak yakin harga emas telah memperhitungan ketidakpastian pemilihan di Prancis dan Jerman.