Liputan6.com, Jakarta - Wawancara merupakan hal yang wajib dilalui para pencari kerja. Beberapa orang berpikir orang yang diterima bekerja, merupakan orang yang beruntung waktu diwawancara.
Padahal wawancara kerja bukanlah soal diterima atau tidaknya di perusahaan. Tujuan Anda adalah menjadi lebih kuat dengan setiap wawancara kerja.
Dikutip dari laman forbes, Selasa (2/5/2017), semakin kuat Anda saat wawancara kerja, berarti semakin sadar Anda akan diri, pewawancara, serta situasi yang terjadi dan apa kebutuhan perusahaan saat ini. Ingat dan fokuslah pada satu kata ketika wawancara, yakni relevansi.
Advertisement
Mungkin banyak orang memenuhi syarat untuk pekerjaan yang Anda lamar. Karenanya tugas Anda adalah menunjukkan relevansi apa yang telah Anda lakukan dalam karier dan kebutuhan di perusahaan sebelumnya.
Mayoritas pencari kerja memperlakukan wawancara kerja seperti ujian lisan maupun ujian tulisan. Mereka pergi wawancara dengan tujuan menjawab pertanyaan pewawancara secara memuaskan.
Itu tidak cukup! Mungkin ada sepuluh atau dua belas pelamar yang semuanya menjawab pertanyaan sebaik Anda. Masalahnya adalah hanya perlu satu orang untuk pekerjaan yang ditawarkan.
Menjawab dengan cara keluar dari konteks pertanyaan memang bukanlah tujuan Anda. Tapi jika ingin keluar konteks, lakukan dengan cara yang baik.
Buatlah wawancara kerja dengan menggeser bingkai obrolan selama wawancara berlangsung. Pergeseran bingkai berarti mengubah percakapan agar pewawancara keluar dari naskah wawancara.
Baca Juga
Untuk melakukannya, tahap awal bayangkan Anda menjawab pertanyaan wawancara dengan standar dan tidak menarik. Misalnya Anda melamar untuk pekerjaan customer service, dan diminta untuk menceritakan pengalaman kerja Anda.
Biasanya orang akan menjawab dengan mengatakan saya sudah bekerja di perusahaan tersebut selama dua tahun, saya melayani pelanggan melalui telepon, surat elektronik, dan terkadang bertemu langsung dengan pelanggan.
Padahal ini merupakan jawaban yang lemah untuk pertanyaan "Ceritakan pengalaman kerja Anda sebagai customer service?"
Bayangkan jika setiap orang yang dipanggil untuk wawancara menjawab dengan jawaban seperti di atas, pasti ini adalah hal yang biasa dilakukan.
Karenanya Anda tidak dapat menjawab pertanyaan "Ceritakan pengalaman Anda" dengan cara biasa dan mudah dilupakan, dan jangan berharap bisa maju ke tahap berikutnya.
Anda harus bisa bercerita semenarik mungkin. Saat ditanyakan pengalaman kerja, mungkin Anda bisa balik bertanya kepada pewawancara, seperti ini:
“Pelanggan di perusahaan ini merupakan pengecer atau pedagang grosir, kan? Sempurna, perusahaan saya sebelumnya (misalnya perusahaan coklat ternama), kami menjual cokelat kami langsung ke pengecer dan kami juga menjualnya ke perusahaan distribusi, yang memiliki jenis fungsi yang sama seperti yang Anda sebutkan.
Distributor menjual coklat kami ke pengecer. Saya menangani kedua jenis pelanggan setiap hari. Saya membantu pelanggan melacak pesanan mereka, saya menjawab pertanyaan mereka tentang penawaran spesial dan bahan dalam produk yang ditawarkan, hingga banyak telepon dan email yang lama terbalas.
Seperti ketika perusahaan saya mengiklankan produk di televisi. Iklan ini tentu berdampak besar pada penjualan perusahaan, hingga tiga atau empat minggu setelah ditayangkan, telepon dan email tidak pernah berhenti untuk minta dilayani.
Saya yang saat itu berada di bagian customer service, menulis beberapa ringkasan yang akan saya gunakan untuk mengetahui dengan cepat apa yang dibutuhkan masing-masing customer, karena jika saya menghabiskan banyak waktu untuk setiap panggilan, saya akan melewatkan sepuluh atau lima belas penelepon berikutnya.
Paling tidak saya tetap berada di meja kerja selama sebulan, yang akhirnya dapat membuat beberapa kerja sama dengan klien baru dan setidaknya produk yang ditawarkan perusahaan jadi lebih dikenal lagi.”
Dengan cara ini, pewawancara Anda pun tidak sadar bahwa Anda mengalihkan bingkai wawancara dari naskah standar menjadi percakapan organik dan manusiawi jika menjawab dengan cara dan contoh yang kedua.
Cara sederhana dengan meluangkan waktu sejenak untuk memberi komentar dan menjawab secara relevan kepada pewawancara dan perusahaan setidaknya membuat mereka mengingat dan bisa membuat Anda untuk maju ke tahap berikutnya dari pada menjawab dengan cara yang standar, membosankan, dan tak berkesan.
Anda hanya perlu sedikit tambahan waktu untuk bertanya kepada pewawancara tentang jenis pelanggan yang paling sering ditangani perusahaan di mana pewawancara pun akan memberi penjelasan lebih detail tentang pelanggannya, yakinlah cara yang Anda lakukan ini bisa terbayar.
Pewawancara pun akan tahu lebih banyak tentang diri Anda daripada hanya mengatakan "Saya memiliki pengalaman kerja dua tahun menjadi customer service."
Anda membuat pengalaman Anda muncul dalam wawancara fiktif di atas, dan itulah yang akan Anda lakukan juga pada wawancara berikutnya.
Sembilan puluh persen pencari kerja biasanya berharap bisa berhasil melalui wawancara tanpa tersandung, tapi itu tidak akan membuat mereka mendapatkan pekerjaan baru.
Anda harus menggali dan belajar sebanyak mungkin tentang situasi perusahaan yang dilamar, kemudian temukanlah relevansi antara apa yang telah Anda lakukan dan pekerjaan baru yang akan Anda inginkan.
Penelitian Anda tidak dimulai saat duduk di kursi wawancara kerja. Tapi dimulai jauh sebelum itu.
Anda pun bisa mulai mencari tahu bagaimana tipe pimpinan perusahaan yang Anda lamar sebelum melakukan kontak dengan mereka. Perlu diingat juga bahwa perusahaan pastinya ingin mempekerjakan orang-orang yang tertarik dan berminat terhadap apa yang sudah dilakukan oleh perusahaan. Semoga berhasil!