Sukses

Kena Isu ISIS, Bos Produsen Semen Terbesar di Dunia Mundur

Penyelidikan pada awal 2017 menemukan kalau LafargeHolcim telah bayar kelompok ekstrim agar pabrik tetap buka di Suriah.

Liputan6.com, Jakarta - Produsen semen terbesar di dunia LafargeHolcim telah mengumumkan pengunduran diri Chief Executive Organization (CEO) Eric Olsen. Ini menyusul penyelidikan internal terhadap aktivitas perusahaan di Suriah sebelum September 2014.

Olsen menyerahkan posisinya lantaran skandal yang diduga melibatkan organisasi teroris Islamic State of iraq and Syria (ISIS). Namun dia membantah terlibat dalam melakukan pembayaran kepada kelompok bersenjata pada 2013 dan 2014 agar fasilitas perseroan tetap buka.

"Sementara saya sama sekali tidak terlibat dalam atau bahkan menyadari. Keputusan saya didorong oleh keyakinan saya kalau ini untuk mengatasi ketegangan kuat yang baru-baru ini muncul di seputar kasus Suriah," ujar Olsen, seperti dikutip dari laman Morningstar, Rabu (26/4/2017).

LafargeHolcim mengatakan pihaknya telah meminta Olsen dan tim untuk "memperbaiki" sebelum melepaskan jabatannya pada 15 Juli.

Seperti diketahui, sebuah penyelidikan pada awal 2017 menegaskan kalau produsen semen terbesar di dunia itu telah membayar kelompok ekstrim agar melanjutkan pengoperasian pabrik di Aleppo.

Perusahaan menolak menyebutkan secara spesifik "kelompok bersenjata lokal" yang didanai. Namun pihaknya telah menerapkan "sanksi.

Perusahaan berbasis di Swiss itu mengatakan kalau penyelidikan internal telah menemukan Olsen bertanggung jawab atas kesalahan terkait operasi Suriah yang sekarang dihentikan.

LafargeHolcim mengklaim kalau pihaknya berusaha selamatkan pabrik yang habiskan biaya sekitar 530 juta poundsterling untuk membangun pabrik selama 3 tahun. Pabrik itu juga menjadi sumber pekerjaan bagi masyarakat sekitar.

Adapun suap itu dibayar oleh perusahaan semen Prancis Lafarge kepada pemberontak sebelum bergabung dengan Holcim pada 2015.

Usai staf internasional ditarik keluar pada 2012, pabrik itu dievakuasi sepenuhnya dan berhenti operasi pada September 2014. Pabrik itu memberikan kontribusi kurang dari 1 persen dari pendapatan perusahaan. Untuk sementara Chairman LafargeHolcim Beat Hess mengambilalih kendali perusahaan.

Pabrik semen Lafarge dekat perbatasan Suriah dengan Turki. Pabrik itu diakuisisi pada 2007 dari perusahaan semen Mesir Orascom dan Min Ajl Suriya (MAS), perusahaan Suriah yang dimiliki konglomerat bisnis Firas Tlass.

Pada akhir 2012, usai protes terhadap Presiden Bashar al-Assad yang akhirnya meningkat menjadi perang saudara dan kekacauan maka warga negara Prancis tidak diizinkan lagi di Suriah. Sebelumnya hastag #HolcimSupportISIS ramai di media sosial pada Kamis 26 April 2017.