Liputan6.com, Jakarta - Harga emas berpeluang melemah pada pekan ini seiring ada sejumlah sentimen yang pengaruhi pasar yaitu pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve/The Fed dan data tenaga kerja Amerika Serikat.
Harga emas untuk pengiriman Juni diperdagangkan di kisaran US$ 1.268,70 per ounce atau turun 1,6 persen pada pekan lalu. Harga perak merosot hampir 4 persen ke level US$ 17.180 per ounce.
Kepala Riset Saxo Bank Ole Hansen menuturkan, pasar mencermati ketidakpastian geopolitik.
Advertisement
Ini dapat mendukung kenaikan harga emas. Namun, ada sentimen yang akan ganjal kenaikan harga emas yaitu kenaikan imbal hasil obligasi atau surat utang terkait harapan kenaikan suku bunga the Fed.
Baca Juga
Hansen menambahkan, sentimen lain yang akan membatasi potensi kenaikan harga emas yaitu sejumlah faktor musiman.
"Dalam lima tahun terakhir, Mei dipandang sebagai bulan terburuk untuk emas," ujar dia.
Ia menambahkan, agar harga emas naik maka perlu melihat imbal hasil obligasi turun. Yen juga dapat melawan dolar AS. Namun, kedua sentimen itu belum terjadi.
Selain itu, pelaku pasar menghadapi sejumlah sentimen yang penting pada pekan ini. Mulai dari hasil pertemuan the Federal Reserve pada Rabu pekan ini. Data tenaga kerja AS pada Jumat pekan ini. Pasar juga akan mencermati data manufaktur dari Institute for Supply Management (ISM).
Pasar memperkirakan hasil pertemuan bank sentral AS pada Mei belum akan menaikkan suku bunga. Kemungkinan bank sentral AS dapat menaikkan suku bunga bunga pada Juni.
Akan tetapi, hasil produk domestik bruto (DB) AS hanya tumbuh 0,7 persen pada kuartal I 2017 akan menjadi pertimbangan bank sentral AS. PDB itu terburuk dalam tiga tahun. Ini dapat mendorong bank sentral AS tidak terlalu agresif.
"The Federal Reserve agak terjebak di antara pertumbuhan yang lemah dan kenaikan inflasi," ujar Colin Cieszynski, Analis CMC Markets Canada, seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (1/5/2017).
Ia menuturkan, harga emas berpotensi naik pada pekan ini seiring the Federal Reserve akan mencoba untuk melakukan lindung nilai.
Sedangkan Hansen menilai, harga emas berisiko melemah usai pertemuan the Federal Reserve. Ada kemungkinan kenaikan suku bunga pada Juni 2017. Diprediksikan kemungkinan suku bunga naik pada Juni mencapai di atas 70 persen.
Selain sentimen suku bunga, data tenaga kerja yaitu laporan gaji non pertanian juga menjadi fokus pelaku pasar. Ekonom mengharapkan kenaikan pekerjaan sekitar 200 ribu.
Analis juga mengharapkan tidak ada aksi jual besar dalam waktu dekat. Analis mencatat ketegangan politik di dunia mendorong investor memegang emas.
Secara teknikal, Analis London Capital Group Jasper Lawler menuturkan, [harga emas berpotensi melemah lantaran harga emas di bawah rata-rata pergerakan 20 hari yaitu mencapai US$ 1.270 per ounce. Ia memprediksi, harga emas dapat turun menjadi US$ 1.240 per ounce.
Â
Â