Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian memastikan pasokan cabai untuk bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh ada Juni nanti aman. Kepastian tersebut setelah melihat realisasi panen raya di beberapa daerah termasuk salah satunya di Blitar.Â
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono menjelaskan, secara nasional Kabupaten Blitar diharapkan bisa menjadi penyangga nasional. "Untuk wilayah Jawa Timur, daerah lain yang menjadi sentra utama cabai rawit merah adalah Kediri, Tuban, Banyuwangi, Malang dan Magetan," jelas dia dalam keterangan tertulis, Selasa (2/5/2017).Â
Pada 2017 ini, luas panen cabai di Kabupaten Blitar untuk periode April Mei dan Juni 2017 tersebar di 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Panggungrejo dengan luas 1.850 ha, Kecamatan Wates seluas 1.509 ha dan Kecamatan Binangun seluas 1.500 ha.
Advertisement
Baca Juga
Kondisi pertanaman dan panen di tiga kecamatan tersebut dapat mengamankan pasokan di wilayah Jawa Timur bahkan diharapkan bisa memasok wilayah Jabodetabek. Â Dengan kondisi panen saat ini diharapkan terjamin stabilisasi pasokan dan harga di wilayah Jawa timur bahkan di wilayah Jabodetabek.
Salah satu petani cabai di Kabupaten Blitar Sarwi Riyanto mengatakan, panen kali ini terluas di Kecamatan Panggung Rejo yaitu sekitar 1.850 Ha. Harga di tingkat petani di kisaran Rp 30 ribu per kg sampai dengan Rp 35 ribu per kg. Petani saat ini cukup senang dengan harga tersebut.
Khusus petani cabai di Blitar, rata rata nilai BEP berada di kisaran Rp 15 ribu per kg dengan kondisi saat ini berarti petani masih bisa menikmati keuntungan dan bisa menjadi modal untuk pertanaman selanjutnya.
Selama ini petani di tiga kecamatan tersebut melakukan sistem pola tanam tumpang sari jagung - Cabai rawit merah. Pada saat jagung berumur satu bulan, petani menanam cabai rawit merah sehingga pada saat panen jagung yaitu pada umur 2 bulan, pertumbuhan cabai rawit merah telah memasuki pertumbuhan generatif dan mulai berbunga.
"Tentunya sistem pola tanam tumpang sari ini sangat menguntungkan petani dan efisien dalam penggunaan unsur hara," ungkap Sarwi. (Gdn/Ndw)