Sukses

Investasi Jadi Pendorong Pertumbuhan Manufaktur Kuartal 1 2017

Pertumbuhan industri nasional saat ini ditopang oleh laju investasi di dalam negeri yang semakin meningkat.

Liputan6.com, Jakarta - Industri manufaktur skala mikro hingga besar menunjukkan tren pertumbuhan yang positif pada kuartal I 2017. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi industri manufaktur besar dan sedang pada periode tersebut naik 4,33 persen. Sedangkan industri manufaktur mikro kecil tumbuh 6,63 persen.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pertumbuhan industri nasional saat ini ditopang oleh laju investasi di dalam negeri yang semakin meningkat. Di samping itu, giatnya pembangunan infrastruktur turut membuat pelaku usaha untuk berekspansi di Indonesia.

“Dalam rangka menjaga momentum kenaikan ini, yang terpenting adalah iklim bisnis di Tanah Air tetap kondusif. Apalagi pemerintah telah mengeluarkan berbagai paket kebijakan ekonomi. Beberapa sektor seperti industri otomotif, tekstil, dan olahan susu telah merealisasikan investasi,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (5/5/2017).

Dia menjelaskan, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang antara lain disebabkan kenaikan produksi industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar 9,59 persen, industri makanan 8,20 persen, serta industri karet, barang dari karet, dan plastik sebesar 7,80 persen.

Airlangga optimistis, pertumbuhan tersebut akan lebih terdongkrak lagi apabila kebijakan penurunan harga gas dan listrik bagi industri seluruhnya dapat terealisasi. “Bahkan, itu bisa menambah daya saing industri nasional di kancah global,” lanjut dia.

Langkah strategis lainnya yang perlu dilakukan, lanjut dia, yaitu melakukan harmonisasi peraturan di segala lintas sektoral, menjaga stabilitas harga dan pasokan bahan baku industri khususnya bahan baku yang berasal dari impor. Serta melaksanakan promosi dagang ke pasar non tradisional, mencari informasi kebutuhan produk dan hambatan pasar dalam rangka pengembangan pasar ekspor baru.

Periode Januari-Maret 2017, nilai ekspor nonmigas hasil industri pengolahan naik 19,93 persen dibanding periode yang sama di 2016. Ekspor nonmigas Maret 2017 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$ 1,78 miliar, disusul Amerika Serikat US$ 1,51 miliar dan Jepang US$ 1,26 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 34,72 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar US$ 1,46 miliar.

Industri pengolahan mampu memberikan nilai tambah tinggi pada komoditas primer, menyediakan lapangan kerja, mendatangkan devisa dari ekspor, dan menghemat devisa ketika memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Airlangga memproyeksikan, industri pengolahan non-migas tumbuh di kisaran 5,2 persen-5,5 persen dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen-5,4 persen pada 2017. “Industri menjadi sektor yang memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional,” ungkap dia.

Pada 2016, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap total PDB sebesar 20,51 persen. Angka tersebut terdiri dari industri pengolahan nonmigas sebesar 18,20 persen dan industri pengolahan batu bara dan pengilangan migas sebesar 2,31 persen.

“Nilai tambah yang diciptakan sektor industri tidak hanya berasal dari proses produksi, tetapi juga mencakup seluruh aktivitas jasa yang terkait sampai dengan produk tersebut sampai kepada konsumen,” papar dia.

Airlangga menambahkan, Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan positif, bahkan saat krisis finansial global. “Indonesia mencapai peringkat 10 besar negara industri di dunia Capaian tersebut berdasarkan data International Yearbook of Industrial Statistics 2016, industri manufaktur di Indonesia berkontribusi hampir seperempat bagian dari produk domestik bruto nasional," tandas dia. (Dny/Gdn)