Liputan6.com, New York Harga minyak ditutup 1,5 persen lebih tinggi, rebound dari posisi terendah dalam lima bulan. Kenaikan terpicu laporan data pekerjaan AS dan jaminan positif Arab Saudi kepada Rusia untuk bergabung dalam kebijakan pemotongan pasokan OPEC guna mengurangi kekenyangan di pasar.
Melansir laman Reuters, Sabtu (6/5/2017), harga minyak berjangka Brent naik 72 sen, atau 1,5 persen ke posisi US$ 49,10 per barel. Sementara harga minyak mentah AS West Texas Intermediate naik 70 sen, atau 1,5 persen, menjadi US$ 46,22 per barel.
Harga minyak naik usai sempat turun hampir 5 persen pada Kamis. Harga WTI jatuh ke US$ 43,76, posisi terendah sejak 15 November, dan harga minyak Brent turun US$ 46,64, terendah sejak 30 November.
Advertisement
Baca Juga
Penurunan terjadi saat Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) setuju untuk memangkas produksi selama paruh pertama 2017.
Pasar, secara teknis tetap berada di wilayah oversold, diperdagangkan turun sebanyak 19 persen dari posisi tertinggi pada pertengahan April. Ini mendorong beberapa spekulan untuk keluar dari posisinya.
Harga minyak turun saat Gubernur OPEC Arab Saudi Adeeb Al-Amma mengatakan jika negara anggota dan non OPEC menyetujui untuk memperpanjang kesepakatan mengekang produksi sebesar 1,8 juta barel per hari (bph) selama enam bulan sejak 1 Januari.
"Berdasarkan data saat ini, tumbuh keyakinan jika perpanjangan enam bulan Mei diperlukan untuk menyeimbangkan pasar, meski kesepakatan belum ditandatangani," kata pejabat Saudi.
Sementara di Amerika Serikat, pertumbuhan pekerjaan yang rebound tajam pada April dan tingkat pengangguran turun menjadi 4,4 persen, mendekati level terendah dalam 10 tahun.
"Laporan pekerjaan sangat positif bagi perekonomian AS ... dan permintaan minyak membantu meningkatkan," kata Mark Watkins, Manajer Investasi Regional di Park City, Utah.
Â