Sukses

Aksi Menteri Susi Memasak di Hadapan Nelayan Muara Angke

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti unjuk kebolehan memasak di hadapan nelayan Muara Angke, Jakarta Utara.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti unjuk kebolehan memasak di hadapan nelayan Muara Angke, Jakarta Utara. Hal tersebut sebagai bagian dari acara bakti sosial bertema Mewujudkan Hidup Sehat Masyarakat Nelayan di Pelabuhan Kali Adem.

Susi yang mengenakan celemek warna merah pun langsung naik ke panggung dan mengambil posisi di belakang meja memasak. Makanan yang di masak Susi yaitu Sup Pindang Gunung Ikan Kakap Pangandaran. "Kita masak ikan pindang gunung asli Pangandaran," ujar dia di Pelabuhan Kali Adem, Jakarta Utara, Minggu (7/5/2017).

Sup tersebut merupakan makanan favorit Menteri Susi. ‎‎Ia juga mengaku sering memasak makanan tersebut untuk keluarganya.‎‎ "Bahannya kunyit, cabe, bawang merah, tomat, jahe, ikat kakap. Saya di rumah sering masak ini karena segar, Kalau cucu minta dimansakin," lanjut Menteri Susi.

‎Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) menggelar bakti sosial bertema Mewujudkan Hidup Sehat Masyarakat Nelayan di Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat pesisir pantai akan pentingnya pola hidup sehat untuk mencegah dan melawan kanker.

Menteri Susi mengatakan, kesehatan merupakan modal untuk membangun Indonesia menjadi bangsa yang maju dan hebat. Sebab, tanpa manusia-manusia yang sehat, mustahil cita-cita tersebut bisa terwujud.

"Tentu kalau mau ingin ‎membangun Indonesia yang hebat harus dimulai dari membangun manusia-manusia yang stamina dan badannya sehat. Ini tentu dari kesehatan yang dijaga, asupan makanan dari manusia dengn makanan yang tinggi vitaminnya, banyak mineralnya, banyak proteinnya. Tanpa itu semua, tidak bisa membangun manusia-manusia Indonesia yang sehat yang kuat," ungkap dia.

‎Sekretaris Jenderal KKP Rifky Effendi Hardijanto mengatakan, edukasi kesehatan memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat nelayan, mengingat mereka sudah cukup lama terpinggirkan. Dalam sepuluh tahun terakhir, rumah tangga nelayan turun 50 persen akibat banyaknya orang yang meninggalkan profesi nelayan.

Namun, berkat berbagai usaha yang terus dilakukan, kini nilai tukar nelayan mulai menunjukkan peningkatan diikuti peningkatan kualitas hidup nelayan. Namun demikian, Rifky menyadari, pemerintah tidak hanya harus memperhatikan kebutuhan dasar pangan dan papan, tetapi juga kebutuhan kesehatan nelayan.

Dia mengungkapkan, selama ini kanker telah menjadi penyakit yang mengancam jiwa nelayan. Dia mencontohkan, pertemuan Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Susi Pudjiastuti dengan Yuliana (12), penderita kanker mata dalam kunjungan kerjanya ke Sukabumi, dan Dudung (24), nelayan penderita kanker tulang saat kunjungan kerjanya ke Wakatobi.

“Kemarin saat Bu Susi berkunjung ke Wakatobi, sebagai daerah wisata, ternyata di sudut-sudutnya banyak masyarakat tertinggal. Bu Susi menemukan Dudung, nelayan yang terkena kanker tulang. Kemudian Dudung dibawa ke Jakarta untuk dilakukan operasi. Itu salah satu contoh (nelayan terkena kanker). Selain itu, tahun lalu ada pula anak nelayan yang terkena kanker mata, tapi sayang tidak tertolong. Dengan potret demikian, saya sangat berterima kasih kepada YKI yang mengadakan kegiatan di Muara Angke,” cerita Rifky.

Kanker merupakan penyakit dengan prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia, yaitu 1,4 per 1.000 penduduk atau sekitar 347.000 orang (Risdeskas). Kematian akibat kanker di Indonesia menduduki peringkat ketujuh, dengan prosentase 5,7 persen dari seluruh penyebab kematian (Riskesdes). Kanker juga merupakan penyebab kematian ketiga penyakit tidak menular, setelah stroke dan penyakit jantung di Indonesia, dengan prosentase 7,7 persen. (Dny/Gdn)