Liputan6.com, Jayapura - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan akan terus mengamati dan menghitung pergerakan harga minyak mentah dunia. Dengan demikian, pemerintah dapat memutuskan kebijakan terkait kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi di semester II-2017.
"Sesuai arahan Presiden, nanti kami tinjau lagi pada akhir Mei ini. Bagaimana perkembangan harga minyak mentah dunia," kata Jonan saat berbincang dengan wartawan di Kabupaten Jayapura, Papua, Rabu (10/5/2017).
Harga minyak mentah dunia seperti diketahui terus menanjak seiring kesepakatan negara-negara eksportir minyak yang tergabung dalam OPEC sepakat memangkas produksi minyak bumi. Pada posisi kemarin 9 Mei 2017, harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan dunia naik 24 sen atau 0,5 persen menjadi US$ 49,34 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS menguat 21 sen menjadi US$ 46,43 per barel.
Advertisement
Penguatan harga minyak ini mengerek harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) di kuartal I ini menjadi US$ 51 per barel. Angka ini sudah meleset dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 yang dipatok US$ 45 per barel.
Baca Juga
Dengan kenaikan harga minyak mentah dunia ini, Jonan mengaku belum dapat memastikan apakah pemerintah akan menyesuaikan harga BBM subsdi pada Juli mendatang.
"Setelah ditinjau (perkembangan harga minyak), baru nanti diambil langkah apakah perlu ada kenaikan atau tidak. Kalaupun ada kenaikan, berapa tapi itu di semester II," tutur Mantan Menteri Perhubungan itu.
"Nanti kita lihat saja, saya tidak bisa melihat harga minyak ke depan bagaimana," tambah Jonan.
Dia menegaskan, harga BBM subsidi Solar maupun BBM penugasan Premium tidak akan naik sampai Juni. Harga jual Solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) sebesar Rp 5.150 dan Premium Rp 6.550 per liter.
"Sampai Juni tidak ada kenaikan harga BBM (subsidi)," ujar Jonan.
Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) mengantisipasi rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dan elpiji 3 Kilogram (Kg) di semester II-2017 (Juli-Desember). Antisipasi tersebut dilakukan demi menjaga inflasi tetap berada pada rentang 4 persen-5 persen hingga akhir tahun ini.
"Kita akan bicara dengan Menteri ESDM karena ada rencana penyesuaian BBM dan elpiji," kata Gubernur BI, Agus Martowardojo.
Agus melanjutkan, sejak Januari sampai Juni belum ada kenaikan harga BBM dan elpiji. Pemerintah dan BI akan terus berkoordinasi untuk memastikan apakah ada peluang menaikkan harga BBM subsidi dan tabung melon.
"Januari-Juni belum ada penyesuaian, kita antisipasi di semester II, apakah memungkinkan dilakukan penyesuaian. Tapi sekarang belum, diskusi ini akan dilanjutkan," tambah Agus.
BI sudah mematok target inflasi sebesar 4 plus minus 1 persen di 2017. Inflasi dari gejolak harga pangan ditetapkan dalam rapat di bawah 4 persen sampai 5 persen. Realisasi saat ini secara year on year (Yoy) dari inflasi bahan pangan 2,89 persen.
"Kalau seandainya volatile food terjaga, ada ruang melakukan penyesuaian harga barang-barang diatur pemerintah (administered prices) BBM dan elpiji. Sedangkan (kenaikan tarif listrik) sudah masuk di dalamnya (perkiraan)," Agus menerangkan.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengaku, pemerintah tengah menganalisa, mengkalkulasi, dan mencari solusi yang tepat untuk tetap mengendalikan laju inflasi.
"Kami masih akan bicara dengan Menteri Perhubungan dan Menteri ESDM. Kami sedang mengkalkulasi seperti apa kombinasi optimum mengenai hal ini," dia mengatakan.
Namun ketika ditanyakan apakah rencana kenaikan harga BBM dan elpiji, maupun tarif listrik akan ditunda, Darmin belum mengetahuinya. "Belum tentu (tunda). Ini sedang dikalkulasi, kami belum bisa bilang. Kami masih harus ketemu dengan Menteri ESDM," ujar Darmin.