Sukses

Beli Mobil Baru: Memang Butuh atau Sekadar Ikut Tren?

Tidak bisa dipungkiri bila ada segelintir orang Indonesia suka membelanjakan uangnya untuk produk anyar demi tren.

Liputan6.com, Jakarta - Tidak bisa dipungkiri bila ada segelintir orang Indonesia suka membelanjakan uangnya untuk produk anyar demi tren, enggak terkecuali produk-produk otomotif. Apalagi mengendarai mobil baru memang mampu menaikkan gengsi seseorang.

Hasil survei The Nielsen Global Survey of Automotive Demand menunjukkan kecenderungan penduduk Asia Tenggara, termasuk Indonesia, untuk mengganti mobil dengan model terbaru cukup tinggi. Tapi, mestikah kita ikut-ikutan mengganti mobil baru meski mobil yang lama masih baik-baik saja?

Simak ulasannya seperti dikutip dari Tunaiku:

Ini dia dampak negatif beli mobil hanya demi gengsi

Membeli mobil baru memang ada segi positifnya. Pertama, kamu tidak perlu memikirkan kondisi mesin karena mobil baru dijamin dengan garansi dan asuransi. Mobil baru juga umumnya lebih efisien perihal konsumsi bahan bakar. Selain itu, mengendarai mobil baru jelas lebih nyaman.

Kecuali danamu memang melimpah untuk gonta-ganti mobil, sebaiknya kamu enggak perlu ikut-ikutan ganti mobil hanya demi tren atau gengsi semata, apalagi jika niatnya ingin pamer.

Selain menambah kemacetan di jalan, kamu juga akan terbebani oleh cicilan yang tidak murah setiap bulannya. Belum lagi jika harga mobilnya jatuh ketika dijual kembali. Akan lebih baik jika dananya kamu manfaatkan untuk kebutuhan lain atau investasi yang lebih menguntungkan, bukan?

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan ganti mobil

Setidaknya, ada empat hal yang perlu dipertimbangkan sebelum kamu memutuskan untuk membeli mobil baru. Pertama adalah jika mobil kamu memang sudah kerap mengalami kerusakan.

Bila biaya perbaikan dan perawatannya enggak jauh beda dengan mobil baru, tak ada salahnya kamu menjual yang lama dan menggantinya dengan yang baru.

Kedua adalah umur maupun jarak tempuh kendaraan. Jika kendaraanmu sudah berusia di atas 8 tahun atau mencapai jarak tempuh 200 ribu kilometer, kondisi mesin dan sasis sudah mulai tak layak pakai, jadi tak masalah jika kamu tertarik untuk ganti baru.

Pertimbangan ketiga adalah keberadaan suku cadang. Mobil yang sudah enggak diproduksi biasanya mengalami kelangkaan suku cadang karena produksi suku cadangnya juga dihentikan. Nah, mobil semacam ini cukup berisiko untuk dimiliki.

Terakhir adalah kesesuaian antara mobil yang dimiliki dengan kebutuhanmu. Jika memang mobil yang sekarang sudah enggak lagi mampu memenuhi kebutuhanmu, misalnya kapasitas kabin terlalu kecil, fitur keselamatan yang minim, atau mesin yang kurang mumpuni, sah-sah saja jika kamu hendak menggantinya dengan yang baru.