Sukses

2 Negara Sepakat Perpanjang Pemotongan Dorong Harga Minyak

Ini merupakan langkah pertama yang diambil OPEC untuk mendukung harga minyak lebih lama dari kesepakatan pertama.

Liputan6.com, New York Harga minyak mentah dunia melonjak 2 persen ke posisi tertinggi dalam lebih dari tiga pekan mencapai US$ 52 per barel. Lonjakan harga terjadi usai Arab Saudi dan Rusia sepakat untuk kembali memotong pasokan hingga 2018.

Ini merupakan langkah pertama yang diambil OPEC untuk mendukung harga minyak lebih lama dari kesepakatan pertama. Menteri Energi dari kedua negara produsen terbesar minyak dunia tersebut, menilai pemotongan pasokan harus diperpanjang selama sembilan bulan, sampai Maret 2018.

Melansir laman Reuters, Selasa (16/5/2017), patokan minyak mentah global Brent naik 98 sen atau 1,9 persen menjadi US$ 51,82 per barel, usai menyentuh US$ 52,63, posisi tertinggi sejak 21 April. Sementara harga minyak mentah AS naik US$ 1,01 atau 2,1 persen ke posisi US$ 48,85 per barel.

Kedua Menteri Arab Saudi dan Rusia tersebut berharap negara anggota OPEC lainnya akan ikut bergabung. Awalnya, volume angka pemotongan output akan sama seperti sebelumnya.

Keputusan memperpanjang pemotongan output lebih lama dari enam bulan dalam kesepakatan tersebut menunjukkan bahwa pertempuran untuk mengurangi pasokan secara keseluruhan ternyata lebih sulit daripada langkah awal. Sebagian karena meningkatnya produksi minyak mentah Amerika Serikat (AS).

Pedagang minyak terkejut dengan pengumuman hal ini. Meskipun mereka akan tetap memastikan jika semua negara anggota OPEC akan benar-benar sepakat dengan sikap Saudi-Rusia saat pertemuan pada 25 Mei di Wina.

"Pengumuman hari ini kemungkinan akan memperpanjang rebound harga minyak yang pekan lalu mulai imbang dengan saham dan posisi rendah," tulis analis Goldman Sachs dalam sebuah catatan.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia dan produsen lain sepakat memangkas produksi sebesar 1,8 juta barel per hari pada semester pertama 2017, dengan kemungkinan memperpanjangnya selama enam bulan, dalam upaya untuk menopang harga.

Harga minyak kemudian meraih kenaikan seiring kesepakatan tersebut meski kemudian angka persediaan dari produsen lain, termasuk Amerika Serikat, menjaga harga minyak di bawah US$ 60.

Beberapa analis mengatakan bahwa produksi AS masih mengancam keseimbangan pasar kecuali pemotongan kembali dilakukan OPEC.

Â