Sukses

Sebab Petani Enggan Menanam Bawang Putih

Hingga kini ketergantungan Indonesia terhadap bawang putih impor masih besar.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) tengah mendorong petani dan importir menanam bawang putih di dalam negeri. Langkah ini demi mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap bawang putih impor.

Direktur Utama PT Pertani, Wahyu, mengungkapkan, ada sejumlah alasan yang membuat petani lokal enggan menanam bawang putih. Pertama, rendahnya minat dari pengusaha atau pedagang untuk membeli bawang dari petani lokal.

"Yang lalu saya sudah pelajari bahwa ketika petani, penangkar, ketika memproduksi benih bawang putih maka tidak ada pembelinya. Karena itu, sedikit sekali petani yang berminat menanam bawang putih," ujar dia di Kantor Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan, Jakarta, Jumat (19/5/2017).

‎Kedua, produk bawang putih yang dihasilkan petani di dalam negeri kalah saing dengan produk impor yang jumlahnya masif. Hal membuat petani beralih menanam sayuran lain yang tidak diimpor dan menguntungkan dari sisi harga jual.

‎"Kenapa tidak banyak yang menanam? Karena tergilas oleh bawang putih impor. Impor faktanya lebih murah. Kalau itu (impor) diteruskan maka bawang putih itu tinggal nama, bahwa petani Indonesia pernah menanam bawang putih. Itu kan yang di khawatirkan," lanjut dia.

Selain itu, ada juga persoalan benih bawang putih yang ternyata lebih mahal dari harga produk bawang putih yang dipanen petani. Hal ini lantaran benih bawang putih harus mendapatkan perlakuan khusus agar tidak rusak dan bisa dipanen.

"Pasti kan benihnya sendiri perlakuannya khusus, dari sisi pertanaman saja umur tanamnya harus dijamin umbinya sudah di isi, kemudian sertifikasi, penyimpanan sampai jadi bibit perlu perlakuan khusus. Sehingga otomatis kalau dibandingkan dengan benih konsumsi harganya lebih tinggi dari benih konsumsi. Itu wajar," kata dia.

Menurut Wahyu, harga benih bawang putih saat ini berkisar Rp 30 ribu-35 ribu per kg. Sementara harga bawang putih di tingkat petani hanya Rp 25 ribu-28 ribu per kg.

"Kita selama ini sekitar Rp 30 ribu per kg. Kalau (bawang putih) konsumsi di tingkat petani Rp 25 ribu-28 ribu. Benih Rp 30 ribu-35 ribu. Itu kita jaga supaya tidak terlalu mahal dan memberatkan petani," tandas dia.

Â