Sukses

Usai Ledakan Bom Manchester, Harga Emas Bergerak Mendatar

Selama ini harga emas sangat tertolong oleh ketegangan geopolitik di Amerika Serikat (AS) .

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas bergerak mendatar usai ledakan bom bunuh diri yang terjadi di Manchester Inggris. Ledakan tersebut terjadi di akhir konser penyanyi Amerika Serikat (AS) Ariana Grande.

Mengutip Reuters, Rabu (24/5/2017), harga emas di pasar spot bergerak mendatar atau tetap di US$ 1.259,81 per ounce. Sedangkan harga emas di pasar berjangka turun 0,1 persen menjadi US$ 1.259,70 per ounce.

Ledakan di Manchester menyebabkan setidaknya 22 orang tewas dan lebih dari 50 lainnya cedera.

Perdana Menteri Inggris Theresa May mengtaakan bahwa insiden tersebut merupakan serangan teroris yang paling mematikan sejak empat orang Muslim Inggris membunuh 52 orang dalam bom bunuh diri di sistem transportasi bawah tanah London pada Juli 2005.

Analis INTL FCStone Edward Meir menjelaskan, sesaat setelah tersiar kabar adanya bom di Manchester tersebut, pelaku pasar sedikit menahan transaksi. Namun langkah menahan transaksi tersebut belum terlalu mempengaruhi pergerakan harga emas.

"Saat ini harga emas masih relatif stabil. Saya menduga emas akan merespons lebih kuat setelah adanya penjelasan-penjelasan dari ketegangan geopolitik ini," jelas dia.

Selama ini harga emas sangat tertolong oleh ketegangan geopolitik di Amerika Serikat (AS) . Kontroversi yang melibatkan Presiden AS Donald Trump terus mendorong harga emas untuk menguat karena dolar AS melemah.

Sebelumnya, Partai Republik mengusulkan kemungkinan pemakzulan Donald Trump. Hal tersebut dipicu laporan yang menyebutkan, Trump meminta James Comey -- mantan direktur FBI yang dipecatnya -- untuk membatalkan penyelidikan terhadap eks penasihat keamanan nasional, Michael Flynn.

Flynn diberhentikan setelah kedapatan membohongi Wakil Presiden Mike Pence dan sejumlah pejabat Gedung Putih lainnya soal percakapannya dengan Duta Besar Rusia untuk AS Sergey Kislyak tahun 2016.

Perbincangan Flynn dan Kislyak diduga merupakan indikasi kuat, ia berkolusi dengan Moskow untuk "mengganggu" Pilpres AS 2016.