Liputan6.com, Jakarta - Momen puasa dan Lebaran paling ditunggu para pengusaha ritel untuk mendongkrak penjualan. Penjualan ritel diprediksi bakal mencapai Rp 80 triliun atau menyumbang 40 persen di periode puasa dan lebaran tahun ini sehingga mampu mengompensasi penurunan di kuartal I-2017.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy N. Mandey memprediksi penjualan ritel di bulan puasa dan Lebaran berkontribusi 30 persen-40 persen dari total target penjualan selama setahun.
"Kalau tahun lalu kita bisa mencapai penjualan hampir Rp 200 triliun di 2016, puasa dan Lebaran ini diperkirakan menyumbang 30-40 persen, jadi sekitar Rp 75 triliun-Rp 85 triliun dibanding bulan-bulan sebelumnya," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (26/5/2017).
Advertisement
Penjualan tertinggi di ritel, Roy menyebut, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, yakni makanan dan minuman, serta garmen atau pakaian jadi, kemudian menyusul produk lainnya. Dia mengaku, secara umum daya beli masyarakat Indonesia saat ini masih bagus meskipun pertumbuhan industri ritel di kuartal I-2017 anjlok 20 persen.
Baca Juga
"Kuartal I ini memang lemah, karena ada sentimen negatif dari masyarakat terhadap situasi politik, kegaduhan, korupsi, radikalisme, itu semua membuat konsumen menahan melakukan transaksi atau belanja. Mereka kalaupun belanja sesuai kebutuhan saja," papar dia.
Dirinya berharap penjualan ritel di kuartal II dapat terdorong naik karena ada momen puasa dan Lebaran. Namun tentunya perlu dukungan pemerintah untuk menciptakan dan menjaga situasi tetap aman dan kondusif. "Masalah-masalah yang menimbulkan kepanikan di masyarakat untuk segera diselesaikan supaya bisnis pengusaha tidak terganggu," harap Roy.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Aprindo, Tutum Rahanta menambahkan, tidak ada perbedaan antara kondisi ekonomi tahun ini dengan tahun lalu. Masyarakat dan pelaku usaha menunggu upaya pemerintah untuk memperbaiki perekonomian nasional.
"Ekonomi sekarang dan tahun lalu mirip-mirip lah, karena masih menunggu satu momentum perbaikan ekonomi dan daya beli. Bisa tidak pemerintah menjaga, bahkan meningkatkan perekonomian Indonesia supaya bisnis pengusaha naik. Jangan sampai turun drastis, dan akhirnya pengusaha menanggung kerugian," terang Tutum.
Ketika industri ritel meraup berkah dari bulan Ramadan, kondisi berbeda dialami Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Menurut Wakil Ketua Umum Destinasi Wisata PHRI, Johnnie Sugiarto meski bisnis hotel dan restoran saat ini masih berjalan normal. Namun pertumbuhan bisnis hotel dilihat dari tingkat hunian hotel mengalami penurunan 5 persen sampai 7 persen di kuartal I-2017.
"Di kuartal II diprediksi makin merosot karena momen puasa. Karena biasanya kalau puasa, yang menginap di hotel bisa tinggal 30-35 persen dari bulan normal 60-70 persen. Tapi bisa terkompensasi di seminggu lebaran (H-1 atau H-2 sampai H+5 atau H+7), tingkat hunian hotel naik jadi 100 persen," tukas Johnnie.