Liputan6.com, Jakarta - Indonesia telah meraih predikat layak investasi atau investment grade dari Standard & Poor's (S&P) dan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada Laporan keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).
Dua prestasi tersebut harus diiringi dengan upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi, keamanan, dan sosial politik nasional demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani, meminta pemerintah untuk meningkatkan keamanan dan meredam isu-isu yang berkembang akhir-akhir ini guna menjaga kepercayaan investor.
Advertisement
"Indonesia punya rekam jejak panjang yang menunjukkan bangsa ini punya toleransi yang tinggi terhadap keragaman, sehingga investor tidak mudah dipengaruhi oleh insiden atau isu seperti semalam (pemboman)," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (26/5/2017).
Dihubungi terpisah, Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menyatakan, pekerjaan rumah pemerintah usai memperoleh investment grade dari S&P adalah menjaga stabilitas sosial politik dan keamanan nasional.
Baca Juga
"Karena persepsi investasi serta keputusan investor ke depan dapat dipengaruhi oleh stabilitas politik dan kondisi keamanan nasional," tegasnya.
Namun demikian, kata Josua, pasar Indonesia beruntung masih ditopang oleh sentimen risk on di pasar keuangan regional setelah pengumuman notulensi rapat Federal Open Market Committee (FOMC) baru-baru ini.
"Bank sentral AS cenderung lebih hati-hati dalam implementasi kebijakan moneter AS yang meniadakan pernyataan hawkish dari pejabat bank sentral sebelumnya. Jadi dolar AS kembali melemah terhadap mata uang utama, dan pasar keuangan regional di AS terapresiasi," dia menerangkan.
Variasi sentimen yang datang dari eksternal, diharapkan Josua, dapat menutup sentimen-sentimen negatif dari domestik. "Saya harap keamanan nasional dapat terus ditingkatkan sehingga iklim investasi terjaga pasca-upgrade rating," ucap Josua.
Sementara itu, ekonom dari The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto, memperkirakan, investasi secara umum tidak akan terganggu signifikan dengan sentimen negatif dari dalam negeri.
"Sektor-sektor yang dimasuki atau diminati investor baik Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Indonesia sejauh ini lebih ke komoditas, pertambangan, infrastruktur, dan manufaktur, bukan jasa (pariwisata)," pungkas dia.