Liputan6.com, Jakarta - Johnsonville, Connecticut terlihat seperti kota dalam sebuah episode di serial Twin Peaks. Akan tetapi, tidak seperti kota kecil di televisi, Johnsonville telah ditinggalkan selama hampir 20 tahun.
Terletak dari sungai Connecticut, dengan luas 62 acre, Johnsonville ditawarkan senilai US$ 1,9 juta atau sekitar Rp 25,26 miliar (asumsi kurs Rp 13.296 per dolar Amerika Serikat). Kota kecil ini sekarang kosong kecuali penjaga sementara dan petugas keamanan yang mencari pemburu hantu dan penjelajah kota.
Lalu bagaimana kondisi kota kecil yang kosong ini? Mengutip laman Business Insider, Minggu (28/5/2017), kota kecil ini memiliki kemajuan ekonomi dengan pesatnya pembangunan pabrik.
Advertisement
Kota ini didirikan pada 1802, dan menjadi pusat industri produksi benang. Sejumlah komunitas dan masyarakat pun muncul di sekitar pabrik.
Baca Juga
Dengan ada rumah, gereja, toko dan kantor pos juga membuat kota terisolasi dari luar. Tak diketahui berapa banyak jumlah penduduk di Johnsonville ketika berada di masa kejayaannya.
Agen real estate, Sherrie Milkie menuturkan, kalau petir yang menyambar pabrik pada 1972 membuat pabrik terbakar. Itu menjadi akhir dari kota tersebut.
Kota ini berpindah tangan pada 1960 kepada orang kaya bernama Raymond Schmitt. Ia memiliki usaha manufaktur penerbangan mengubah Johnsonville menjadi taman bermain pribadinya.
"Dia membeli Johnsonville hanya untuk itu. Usai pabrik terbakar Schmitt mencoba kembalikan kota ini sehingga bisa menjadi kapsul waktu yang sederhana," kata Milkie.
Schmitt menemukan bangunan di sepanjang pesisir timur termasuk toko, jam, toko mainan, gereja, sekolah dan menyuruh mereka bongkar dan bawa ke Johnsonville.
Saat ini, bangunan-bangunan menjadi kosong. Umumnya bangunan itu menghadap ke Johnson Mill Pond. Schmitt jarang membiarkan orang luar masuk ke kota itu. Namun, ia mendapatkan keuntungan dari orang luar. Dia menyewa kota untuk pernikahan. Gereja Victoria berwarna putih dengan pintu biru telah membuat suasana romantis.
Pada 1988, The New York Times pernah mencetak iklan yang mengundang masyarakat untuk merayakan sejarah Johnsonville dengan perayaan festival satu hari berjudul Festival of the Forgetten Arts.
Pengunjung bisa berkeliling melihat bangunan yang kembali dibangun atau "dibangkitkan" oleh Schmitt. Begitu pula rumah Emory Johnson yang asli. Johnson sendiri salah satu pemilik pabrik dan pendiri kota itu. Milkie menuturkan, bangunan tersebut menjadi permata arsitektur di Johnsonville.
Rumah Johnson memiliki sejumlah gaya arsitektur dan lantar marmer asli. Dikabarkan, rumah itu juga dihantui oleh pendiri kota Emory Johnson, akan tetapi juru bicara membantahnya. Dalam wawancara dengan Vice pada 2015, Mike Dirgo menuturkan, kalau orang-orang berhenti di sepanjang jalan untuk berfoto.
"Saya akan berada dalam sebuah bangunan, melihat keluar dan menakuti mereka," kata Dirgo.
Selain itu ada juga lumbung tua yang menjadi karya istimewa. Ini membuat tempat di kota itu menjadi menawan.
Pada 1994, Schmitt menutup Johnsonville dan menggantungkan tanda "dijual" di pintu masuk. Ia dilaporkan mencoba jual properti itu seharga US$ 3,5 juta atau sekitar Rp 46,53 miliar, namun gagal ketemu pembeli.
Meyer Jabara, sebuah grup hotel yang berbasis di Danbury, Connecticut mengambil properti itu pada 2001 dengan berencana mengubah kota itu menjadi tempat untuk komunitas pensiunan.
Milkie menuturkan, cetak biru pembangunan dibuat, namun pembeli terganggu terhadap proyek lain. Kota ini pun berdiri dalam keadaan rusak selama 16 tahun.
Sejak 2015, Meyer Jabara telah memangkas harganya dari US$ 2,4 juta menjadi US$ 1,9 juta. Milkie menuturkan, ada sejumlah hal yang dapat digunakan di Johnsonville bahkan tidak terbatas. Kota ini bisa jadi tempat pernikahan, objek wisata, acara lainnya, dan tempat untuk hasilkan energi surya dan angin.
Ia menuturkan, ada sejumlah pihak yang berminat untuk membeli kota itu. Namun sayang tidak ada penawaran pasti. Jadi jika Anda memiliki US$ 1,9 juta, Johnsonville, sebuah kota kecil ini bisa menjadi milik Anda.
Â
Â