Sukses

Uji Coba Misil Korut Tekan Rupiah

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.298 per dolar AS hingga 13.318 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan di awal pekan ini. Uni Coba Misil Korea Utara (Korut) dan rencana kenaikan suku bunga bank Sentral AS dorong penguatan dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Senin (29/5/2017), rupiah dibuka di angka 13.305 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.294 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.298 per dolar AS hingga 13.318 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,22 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah dipatok di angka 13.312 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 13.295 per dolar AS.

Nilai tukar dolar AS memang menguat di kawasan Asia pada perdagangan hari ini. Berita uji coba rudal yang dilakukan oleh Korea Utara menjadi salah satu sentimen yang diperhatikan oleh para investor.

Korea Utara kembali menguji coba rudal. Mereka bahkan mengklaim bahwa tes itu berhasil dan siap beraksi. Rudal itu ditembakkan pada Minggu, 21 Mei 2017. Dengan adanya sentimen geopolitik tersebut maka pelaku pasar mengamankan asetnya dengan membeli dolar AS dan membuat nilai tukar mata uang tersebut naik. 

Selain itu, perhatian investor juga tertuju kepada rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS. Pelaku pasar melihat bahwa Bank sentral AS masih dalam koridor mereka untuk menaikkan suku bunga usai adanya komentar dari salah satu pejabat.

Dewan Gubernur Bank Sentral AS San Francisco John Williams menjelaskan bahwa mereka melihat inflasi di AS sudah cukup baik. Dalam tren menengah, inflasi di AS menunjukkan angka kenaikan.

Dengan tren tersebut mendorong persepsi akan kenaikan suku bunga AS yang mendorong kenaikan nilai tukar rupiah.

"Saat ini pelaku pasar sedang menunggu data tenaga kerja yang bakal keluar pada hari ini," jelas analis mata uang Brown Brothers Harriman, Tokyo, Jepang, Masashi Murata.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan ruang penguatan rupiah terbatas karena adanya penguatan dolar AS jelang pertemuan Bank Sentral AS pada pertengahan Juni mendatang.