Sukses

Harga Emas Melandai Usai Cetak Rekor

Harga emas di pasar spot turun 0,3 persen menjadi US$ 1.262 per ounce.

Liputan6.com, London - Harga emas turun tipis usai mencetak rekor tertinggi dalam satu bulan terakhir pada perdagangan sehari sebelumnya. Kenaikan harga emas pada perdagangan kemarin disebabkan meningkatkan ketidakpastian politik dan ekonomi di Eropa.

Mengutip Reuters, Rabu (31/5/2017), harga emas di pasar spot turun 0,3 persen menjadi US$ 1.262 per ounce. Sebelumnya, harga emas ini sempat menyentuh level US$ 1.270 per ounce. Sedangkan untuk harga emas di pasar berjangka tergelincir 0,4 persen menjadi US$ 1.263 per ounce.

Harga emas sedikit konsolidasi pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) karena investor melakukan aksi ambil untung usai mencetak rekor tertinggi pada perdagangan sehari sebelumnya. 

Sentimen yang mendorong harga emas mencetak rekor tertinggi adalah ketidakpastian politik dan ekonomi di kawasan Eropa seperti rencana pemilihan umum di Inggris dan Italia dan juga soal utang Yunani.

Inggris akan melakukan pemilihan umum pada 8 Juni nanti. Dalam sebuah jajak pendapat, dukungan kepada Perdana Menteri Theresa May yang merupakan pemimpin Partai Buruh turun. Selama ini memang sangat terlihat bahwa Partai Buruh sangat tidak akomodatif dalam menfasilitasi keluarnya Inggris dari Zona Eropa.

"Jika memang May menang maka akan sedikit berdampak negatif kepada tim negosiasi Brexit. Tentu saja, hal tersebut akan memberikan dukungan kepada harga emas," jelas analis logam mulia Natixis, Bernard Dahdah.

Di Italia, mantan Perdana Menteri Matteo Renzi menyarankan untuk mempercepat pemilihan umum. Semula, pemilu di Italia dijadwalkan pada Mei 2018. Dengan adanya usulan tersebut membuat ketidakpastian semakin tinggi dan memberikan dampak kepada harga emas.

Sedangkan sentimen dari Yunani mengenai kegagalan kesepakatan menteri keuangan di zona Euro untuk memberikan relaksasi pelunasan utang kepada Yunani.

"Ketidakpastian politik yang sedang berlangsung di beberapa daerah benar-benar mendorong pembelian instrumen investasi safe haven," jelas Analis ANZ, Daniel Hynes.