Sukses

Produksi Libya Terus Meningkat, Harga Minyak Tertekan

Harga minyak mentah jenis Brent yang merupakan patokan harga dunia, turun 45 sen atau 0,9 persen ke level US$ 51,84 per barel.

Liputan6.com, New York - Harga minyak turun hampir satu persen pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pendorong penurunan harga minyak adalah bangkitnya kembali Libya dalam memproduksi minyak mentah dan kekhawatiran pelaku pasar bahwa pemotongan produksi tidak mampu menekan harga.

Mengutip Reuters, Rabu (31/5/2017), harga minyak mentah jenis Brent yang merupakan patokan harga dunia, turun 45 sen atau 0,9 persen ke level US$ 51,84 per barel. Sementara harga minyak mentah AS turun 14 sen atau 0,3 persen ke level US$ 49,66 per barel.

Salah satu pejabat perusahaan minyak milik negara Libya mengatakan, produksi minyak di negara tersebut terus mengalami peningkatan dari hari ke hari. Saat ini produksi minyak di negara tersebut mencapai 784 ribu barel per hari dan belum merupakan produksi maksimal karena terdapat kendala teknis.

Diperkirakan, tanpa kendala teknis maka produksi minyak mentah di Libya bisa mencapai 800 ribu barel per hari. Angka tersebut akan terus bertambah tinggi seiring semakin banyaknya lapangan minyak di negara tersebut yang kembali beroperasi. 

Produksi minyak Libya ini membuat pasokan minyak mentah di dunia semakin meningkat dan mendorong penurunan harga minyak

Di luar itu, OPEC dan beberapa negara di luar OPEC seperti Rusia sepakat untuk memangkas produksi sekitar 1,8 juta barel per hari selama sembilan bulan. Namun harga minyak tetap anjlok setelah kesepakatan tersebut diumumkan.

Alasannya, pelaku pasar masih meragukan angka pengurangan tersebut akan bisa kelebihan pasokan minyak mentah di pasaran. Beberapa analis melihat kesepakatan tersebut tidak akan menguras persediaan minyak mentah secara signifikan.

"Pertanyaan utama adalah apakah pengurangan oleh OPEC akan berdampak kepada harga global?" kata Direktur Senior Sektor Energi Nasdaq Corporate Solutions Tamar Essner.

Selain pengurangan produksi, hal yang seharusnya juga dilihat adalah permintaan. Jika permintaan mengalami kenaikan maka secara langsung jelas akan mendorong kenaikan harga minyak. Namun jika permintaan masih lemah maka harga minyak masih akan berada di kisaran yang sama terus-menerus.