Liputan6.com, New York - Harga minyak merosot tiga persen ke level terendah dalam tiga minggu dipicu kenaikan produksi minyak Libya sehingga mendorong produksi minyak the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).
Harga minyak Brent untuk Juli turun US$ 1,53 atau 3 persen ke level US$ 50,31 per barel. Harga itu terendah sejak 10 Mei. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 1,34 atau 2,7 persen ke level US$ 48,32 per barel. Harga minyak itu terendah sejak 12 Mei.
Harga minyak Brent mencatat penurunan tajam dalam lima sesi berturut-turut kendati ada pemangkasan produksi OPEC. Ditambah perkiraan persediaan minyak mentah Amerika Serikat akan turun selama delapan minggu sejak capai rekor pada akhir Maret. US Energy Information Administration (EIA) akan melaporkan data minyak terbaru pada Kamis pekan ini.
Baca Juga
Sepanjang Mei, harga minyak Brent turun hampir 3 persen, dan alami kerugian penurunan dalam bulan kelima berturut-turut. Sedangkan WTI turun lebih dari dua persen sepanjang Mei.
Ada pun produksi dari negara OPEC meningkat pada Mei, dan ini kenaikan pertama pada 2017. Pasokan itu didorong dari produksi lebih tinggi oleh Nigeria dan Libya yang merupakan negara anggota OPEC yang dibebaskan dari pemotongan produksi.
"Produksi minyak Libya menjadi tantangan tambahan kepada OPEC mengingat produksi minyak Libya yang meningkat tidak hanya memakan pangsa pasar angoota OPEC lainnya tetapi juga mendorong pelemahan Brent," tutur Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (1/6/2017).
Produksi minyak Libya telah meningkat menjadi 827 ribu barel. Angka ini di atas produksi dalam tiga tahun ini yang pernah dicapai sekitar 800 ribu.
OPEC dan produsen minyak lainnya bukan anggota OPEC termasuk Rusia telah sepakat memperpanjang penurunan produksi sekitar 1,8 juta barel per hari hingga akhir Maret 2018.
Advertisement