Sukses

Mau Berutang? Simak Dulu Tips Ini

Banyak orang yang mengasosiasikan berutang itu sama dengan orang yang miskin atau tidak mampu.

Liputan6.com, Jakarta - Kalau Anda perhatikan, di bulan puasa ini mulai banyak toko atau produsen yang menawarkan produk - seperti busana, aksesoris, elektronik, peralatan rumah tangga, sampai kendaraan dan rumah - dengan diskon yang lumayan. Sudah begitu, ditambah dengan fasilitas membeli dengan pembiayaan kredit alias utang.

Banyak dari mereka yang melihat promo-promo ini lalu mulai ngiler kemudian membeli membabi buta. Kalau ditanya kenapa mereka melakukannya, jawabannya selalu begini: “Jaman sekarang, kalau gak utang, gimana bisa beli?”

Saya sebetulnya tak suka dengar kata-kata itu. Pertama, buat saya hidup itu tak melulu soal beli barang. Kedua, kalau investasi bulanan Anda dirasa tidak cukup untuk bisa ditabung dan membeli apa yang Anda inginkan, ya naikkan dong penghasilan Anda. Cari penghasilan tambahan, kek. Jual barang, kek. Apapun itu.

Ketiga, ini menunjukkan bahwa banyak orang yang karena sebetulnya dia tidak butuh-butuh amat pada suatu barang, tapi karena banyaknya tekanan dari lingkungan sosial, banyak orang yang lalu memaksakan diri membeli sesuatu yang tidak dia butuhkan.

Apalagi kalau belinya pakai utang.

Jangan salah. Saya tidak menganggap utang itu jelek. Maksud saya, ya kalau tidak butuh ya tak usah beli. Tapi kalau Anda jelas-jelas tidak butuh dan tak punya cash-nya lalu memaksa diri membeli dengan cara utang alias kredit, dimana semua tahu kalau membeli dengan kredit jatuhnya jadi lebih mahal - itu namanya Anda rugi dua kali.

Pertama, Anda rugi karena mengeluarkan uang untuk membeli yang tidak Anda butuhkan, kedua Anda rugi karena harganya jadi lebih mahal.

Tapi, kalau Anda memang membutuhkan sesuatu tapi tidak punya cash-nya lalu Anda kredit untuk bisa membelinya, buat saya sih ya tak apa-apa. Wong Anda butuh kok. Atau Anda ngutang untuk modal kerja bisnis misalnya. Buat saya sih kayak begitu tidak apa-apa, yang namanya modal kerja itu kan untuk dibelikan bahan atau barang yang ujung-ujungnya diputar dalam bisnis dan akan menghasilkan uang lagi. Kalau memang untuk itu, ya silakan ngutang.

Nah, ini beda dengan jaman orangtua kita dulu. Mereka selalu bilang: utang itu jelek. Kalau bisa dihindari.

Betulkah?

Jujur harus kita akui bahwa sampai sekarang, banyak orang yang mengasosiasikan berutang itu sama dengan orang yang miskin atau tidak mampu. Kalau Anda bilang bahwa Anda ingin berutang, entah itu utang uang atau barang, orang seringkali langsung menganggap bahwa Anda sedang kesusahan atau kehabisan uang tunai, dan seketika Anda akan mendapatkan pandangan penuh kasihan.

Padahal tahukah Anda, sejujurnya berutang itu tidak identik dengan orang yang miskin atau tidak mampu lho, tetapi - kalau dikelola secara benar - utang bisa menjadi daya ungkit yang luar biasa. Banyak kol orang kaya yang bertambah kaya dengan cara ngutang. Semua itu, asal dilakukan dengan cara yang benar.

Nah, bicara cara yang benar, maka berikut ini ada beberapa tips yang harus Anda perhatikan kalau Anda ingin berutang, entah itu membeli barang dengan fasilitas utang atau meminjam uang tunai dari orang lain:

1. Tahu jenis utang

Ada dua jenis utang: Utang baik dan utang buruk.

Utang baik adalah utang yang Anda lakukan untuk mendapatkan hal-hal yang produktif, seperti utang untuk mendapatkan barang yang nilainya makin meningkat seperti rumah, utang untuk tujuan usaha seperti utang modal kerja untuk bisnis Anda, dan utang untuk sekolah lagi, karena mungkin dengan sekolah lagi akan membantu Anda meningkatkan karir Anda dan ujung-ujungnya berpengaruh kepada penghasilan Anda.

Sebaliknya, utang buruk adalah utang yang Anda gunakan untuk tujuan konsumtif atau tidak menghasilkan, seperti membeli barang yang nilainya menurun atau membeli barang yang tidak memberikan penghasilan apapun untuk Anda.

Tips dari saya, tidak apa-apa berutang asalkan itu berupa utang Baik. Kalaupun Anda tidak bisa menghindar untuk memiliki utang buruk, pastikan Anda batasi jumlah utang buruk itu, tidak usah banyak-banyak.

Semakin banyak utang buruk yang Anda punya, semakin banyak juga beban bunga yang harus Anda bayar untuk hal-hal yang mungkin tidak terlalu ada gunanya buat Anda.

2. Punya rencana pelunasan

Pastikan sebelum Anda mengajukan utang, Anda sudah memiliki rencana pelunasan. Artinya Anda sudah punya rencana yang - walaupun tidak harus detail - tapi Anda sudah tahu bagaimana cara Anda bisa membayarnya kembali, seperti berapa banyak yang bisa Anda bayar setiap bulannya dan seberapa lama Anda bisa melunasinya.

Kesalahan sebagian besar orang ketika berutang adalah ‘yang penting dapatkan dulu utangnya, bagaimana cara bayarnya kembali itu soal belakangan’.

Tidak, dalam berutang, pastikan Anda sudah memiliki rencana pelunasan dalam benak Anda. Dengan begitu Anda juga jadi lebih tenang dalam berutang karena Anda tahu pasti bahwa Anda bisa membayar kembali utang-utang tersebut.

3. Pilih dengan siapa berutang

Penting untuk Anda tahu disini bahwa kepada siapa Anda berutang akan menentukan bagaimana nasib Anda kelak kalau kebetulan Anda sedang kesusahan dan sedang tidak sanggup membayar cicilan utang Anda.

Kalau Anda ngutang ke rentenir misalnya, besar kemungkinan kalau Anda sedang tidak sanggup membayar, maka ia cenderung akan sulit untuk dinegosiasi dan bakal menolak apapun alasan Anda dan tetap meminta Anda membayar tidak peduli Anda sedang sulit sekalipun. Ini jelas akan merepotkan, wong Anda lagi nggak bisa bayar, kok.

Beda dengan kalau Anda berutang ke bank misalnya, kalau Anda sedang tidak mampu membayar, asalkan Anda jujur saja mengatakan Anda sedang tidak bisa bayar, bank akan membuat semacam ‘penjadwalan kembali’ yang memang sesuai dengan kemampuan Anda. Jadi, pastikan hati-hati memilih dengan siapa Anda akan berutang, karena dengan siapa Anda berutang akan menentukan bagaimana nasib Anda kelak kalau Anda sedang tidak bisa bayar.

Nah, mudah-mudahan ketiga tips tadi cukup membantu Anda dalam berutang.

Selamat berutang.

 

 

Safir Senduk & Rekan
Telepon: (021) 2783-0610
HP: 0818-770-500 (Dala Rizfie-Manajer)
Twitter/Instagram: @SafirSenduk