Liputan6.com, Jakarta - Memiliki hobi dan menyukai hal yang berbau akar pohon membuat Hasyim (37) tergerak untuk fokus serta menekuni seni mengukir akar kayu. Meski awalnya belajar dari orang lain, kini Hasyim sudah bisa membuka sendiri usaha seni akar kayu.
“Awal mulanya saya itu memang suka seni, khususnya seni akar. Saya dulu memang sudah ikut orang selama 10 tahun, tapi sekarang jadinya tidak mau terikat lagi, makanya sudah 1,5 tahun ini mau usaha sendiri aja. Dulu memang belajar dari orang juga untuk bisa mengukir akar-akar dan kayu, tapi kini istilahnya ingin mengembangkan bakat dan usaha juga,” kata Hasyim saat ditemui liputan6.com di rumahnya, Desa Banyubiru, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (4/6/2017).
Meski baru dipasarkan di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, tetapi ayah dua anak ini menjamin produk ukiran kayu buatannya bisa menyaingi produk yang sudah di ekspor ke luar negeri.
Advertisement
Baca Juga
“Jadi saya jual bisa jamin kayunya minimal bertahan 10 tahun, kalau kurang dari itu saya ya tidak berani jual. Jangan khawatir akan hasilnya. Karena dulu saya memang kerjanya pindah-pindah, di perusahaan-perusahaan akar yang biasa ekspor semua karyanya, yang rata-rata selalu dikirim ke negara-negara di Eropa. Jadi produk saya ya sama saja seperti itu walaupun pasarannya baru lokal saja,” jelasnya.
Untuk bahan kayu, Hasyim mengatakan biasa mengambil bersama teman-temannya dari pohon sekitar rumahnya yang tak terpakai, yang terpenting kayunya adalah kualitas terbaik.
“Ini biasa saya cari sama teman-teman saja, di deket sini juga banyak, biasanya dari pohon mahoni, kelengkeng, munggur dan sejenisnya, yang penting kayu-kayu yang keras, tahan lama, dan kuat. Jadi kualitasnya bagus. Istilah untuk buat kerajinan ini minimal kan 10 tahun baru rusak, jadi kayunya harus yang bagus juga,” terangnya.
Dalam sebulan, suami dari Arina ini mengaku bisa menghasilkan dan menjual hingga tiga set meja kursi ukiran kayu pesanan dari pembeli. Sementara untuk harganya ia menjual dari mulai Rp 1 juta hingga Rp 1,7 juta di mana nilainya jauh lebih murah dibanding harga pasaran pada umumnya.
“Kalau saya kerja ini ikuti daya seni saya saja, siapa yang berminat dan ingin ya saya jual. Orang seni kan modelnya begitu. Kalau masalah harga bandingkan saja, perusahaan tempat saya kerja dulu jualnya bisa Rp 4 sampai Rp 5 juta untuk satu set meja kursi, nah kalau saya harganya jauh sekali, ya sekitar Rp 1 juta yang paling murah dan Rp 1,7 juta yang paling mahal," terangnya.
Sementara untuk modalnya, pria kelahiran Magelang, 18 Juli 1980 menyebutkan biaya yang diperlukan tidaklah besar karena ia biasa mengambil dari kayu yang tidak terpakai.
“Kalau untuk modal, satu meja biasanya untuk akar sih tidak mahal malah kadang gratis, kadang saya ambil dari kayu yang tak terpakai, saya kan nggak mau merusak hutan juga, Nah jadi harga jual saya ya dihargai dari seninya itu, yang penting saya itu jualnya puas kalau ada orang yang menghargai karya seni saya,” kata Hasyim.
Karena usaha yang dijalankannya masih bersifat lokal dan semua ditangani sendiri olehnya, pria yang pernah menyabet juara 3 Lomba Kreasi Wisata dan UKM se Kabupaten Magelang pada Desember 2016 lalu dan akan mengikuti lomba Kreasi UKM di Jakarta pada bulan Agustus mendatang, saat ini masih menjual karya seninya dari rumah, hal itu disebabkan karena ia belum mau terlalu repot serta berbagai alasan teknis lainnya.
“Saat ini memang baru jualnya lokal saja. Saya juga jualnya kan masih di tempat, kalau ada yang minta antar belum bisa, mobil angkut kan belum punya, jadi kalau mau beli di saya, sebaiknya bawa mobil sendiri saja, kecuali pembeli mau menanggung semua ongkir dari dia, di saya cuma buat saja. Karena saya kan pengusaha kecil yang baru berkembang, jadi saat ini kalau jualan belum mau repot banget, yang penting hobi ini bisa menyalurkan bakat seni saya dan masih bisa makan, sudah itu saja,” tukasnya.