Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) memperkirakan subsidi e‎lpiji 3 kilogram (kg) akan membengkak menjadi Rp 40 triliun pada 2017. Hal ini disebabkan oleh kenaikan konsumsi dan harga acuan CP Aramco.
Direktur Utama Pertamina Elia Masa Manik mengatakan, subsidi elpiji 3 kg dipatok Rp 20 triliun pada 2017. Namun ‎diperkirakan jatah tersebut tidak akan cukup, dan bakal membengkak dua kali lipat menjadi Rp 40 triliun.
‎"‎Subsidi itu telah ditetapkan Rp 20 triliun. Tahun ini diperkirakan jadi Rp 40‎ triliun," kata Elia, saat rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (6/6/2017).
Advertisement
Elia menuturkan, subsidi elpiji membengkak kembali terulang dari tahun lalu, meski realisasi menjadi Rp 38 triliun.‎ Tahun lalu, subsidi elpiji juga dipatok Rp 20 triliun. ‎"Subsidi Rp 20 triliun, tapi di tahun lalu realisasinya Rp 38 triliun," ujar dia.
Baca Juga
Direktur Pemasaran Pertamina M Iskandar mengatakan, harga keekonomian elpiji saat ini sudah mencapai Rp 10.500 per kg atau Rp 31.500 untuk setiap tabung 3 kg. Namun karena disubsidi masyarakat hanya dikenakan harga Rp 4.750 per kg, dengan begitu negara menomboki Rp 5.750 untuk setiap kg elpiji atau Rp 17,250 per kg. "Ini besar banget, lebih besar subsidi," ucap Iskandar.
Iskandar mengungkapkan, harga patokan elpiji atau CP Aramco meningkat dari tahun lalu US$ 300 per ton, sedangkan saat ini sudah mendekati US$ 400 per ton.
"Kemarin agak rendah Aramco, tahun lalu 300an, sekarang mendekati US$ 400 ‎per ton," ucap Iskandar.
Iskandar menuturkan, konsumsi dan harga acuan elpiji 3 Kg yang meningkat, akan membuat beban keuangan negara untuk menomboki subsidi elpiji akan bertambah berat. Kondisi tersebut saat ini dikhawatirkan Pertamina, karena akan membuat subsidi membengkak.
"Yang mengkhawatirkan itu ya beban subsidinya meningkat, karena harga naik dan volume naik," papar dia.
Sebelumnya, ide kenaikan harga elpiji 3 kg kembali muncul, setelah pada pertengahan tahun lalu ide yang sudah cantumkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2016 tersebut dibatalkan.
‎Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, elpiji bersubsidi 3 kg tidak berubah harganya sejak diluncurkan program konversi minyak tanah ke elpiji pada 2007.
"Paling parah itu elpiji, itu tidak naik sejak 2007. Udah 10 tahun. Sejak masalah kebijakan konversi dari minyak tanah ke elpiji," papar Jonan.
Jonan mengatakan, dalam Undang-Undang APBN 2017 mengamanatkan, harga elpiji bersubsidi 3 kg ‎bisa naik Rp 1.000 per Kg, atas dasar tersebut akan diusulkan untuk untuk diubah harganya.
‎"Karena kalau dalam UU APBN 2017, UU memandatkan bisa naik Rp 1.000 per kg. Iya (diusulkan perubahan harga)," ucap Jonan.
Namun dia menegaskan, ide perubahan harga elpiji 3 Kg belum ditetapkan. Hal tersebut akan dibahas bersama dalam sidang kabinet terlebih dahulu.
‎
"Ini tidak tahu dinaikan atau tidak, Tapi saya belum tahu, pemerintah memutuskan bagaimana. Jadi saya tidak kasih opini naik atau tidak‎," tutur Jonan.
Â