Sukses

Harga Minyak Menguat Tipis Usai Tergelincir Dalam

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 79 sen menjadi US$ 48,19 per barel.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik tipis pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Harga minyak naik secara teknikal setelah sebelumnya tergelincir hingga di bawah US$ 47 per barel karena tekanan keretakan diplomatik di Timur Tengah dan persediaan minyak mentah yang tinggi di Amerika Serikat (AS).

Mengutip Reuters, Rabu (7/6/2017), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 79 sen menjadi US$ 48,19 per barel, setelah di awal perdagangan terjatuh. Sedangkan harga minyak Brent yang merupakan patokan dunia naik 65 sen per barel menjadi US$ 50,12 per barel.

Harga minyak sebenarnya sempat menguat secara perlahan setelah negara-negara yang tergabung dalam organisasi pengekspor minyak (OPEC) dan beberapa negara lain non OPEC sepakat untuk memperpanjang pembatasan produksi hingga 2018 nanti.

Namun, beberapa kejadian di awal pekan ini mendorong pelemahan harga minyak. Salah satunya adalah langkah beberapa negara Timur Tengah yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dengan alasan dugaan negara itu terhadap aksi terorisme.

Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Bahrain dilaporkan memutuskan hubungan diplomatik serta semua hal yang berkaitan dengan urusan darat dan laut dengan Qatar. Peristiwa ini memicu krisis Teluk yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Saudi menegaskan, langkah itu dilakukan sebagai upaya melindungi negaranya dari tindak terorisme dan ekstremisme. Tak hanya itu, Saudi juga mendesak seluruh negara dan pelaku ekonomi seperti perusahaan di negaranya untuk mengambil langkah serupa.

Sentimen lain yang mempengaruhi gerak harga minyak adalah surplus minyak di AS dan beberapa negara lain.

Dua sentimen tersebut membuat para pelaku pasar gugup dalam bertransaksi. Kepala analis AxiTrader Greg McKenna menjelaskan, kemungkinan dengan adanya dua sentimen tersebut akan semakin menekan harga minyak.

Bahkan, ia melanjutkan, jika ketegangan di Timur Tengah tersebut terus berlanjut bisa membuat kesepakatan OPEC tidak berjalan dengan semestinya.

Saat ini, pelaku pasar berharap dengan data persediaan minyak mentah di AS yang akan keluar pada Rabu waktu setempat.

"Jika data tersebut memperlihatkan penurunan maka bisa memberikan sedikit angin segar kepada harga minyak, tetapi jika kebalikannya tentu saja akan semakin terpuruk," jelas Kepala Riset Tradition Energy Gene McGillian.