Sukses

Pernah Bergabung dengan IMF, Ini Program Wimboh Santoso di OJK

Program OJK akan difokuskan pada daerah-daerah yang terindikasi memiliki banyak penduduk miskin.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Terpilih Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso memiliki pengalaman yang panjang di bidang keuangan. Tak hanya berkutat di Bank Indonesia (BI), Wimboh juga pernah dipercaya sebagai petinggi di International Monetary Fund (IMF).

"Saya ke New York Kepala BI New York, di sana setahun. Terus ditempatkan jadi Direktur Eksekutif IMF di sana dua tahun, 2015 pulang, dan ditempatkan di PT Bank Mandiri Tbk. Alhamdulillah masih dipercaya mengabdi melalui proses fit and proper test menjadi Ketua OJK bersama enam anggota OJK lainnya," kata dia di Kantor Pusat Bank Mandiri Jakarta, Jumat (9/6/2017).

Berbekal pengalaman yang mumpuni, Wimboh telah memiliki rencana kerja untuk OJK ke depan. Dia mengatakan, akan mendorong peran industri keuangan dalam memangkas kemiskinan serta ketimpangan di masyarakat.

"OJK untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, namun demikian juga harus menjadi rangsangan terjadinya pertumbuhan ekonomi, mengurangi pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan pendapatan si kaya dan miskin. Jadi bukan hanya stabil, tapi memberi rangsangan," jelas dia.

Sebab itu, program OJK akan difokuskan pada daerah-daerah yang terindikasi memiliki banyak penduduk miskin. Ini berarti, program OJK akan diarahkan pada daerah yang berada jauh dari kota serta di luar Jawa.

Program tersebut tidak hanya menyangkut aspek pembiayaan. Tapi, Wimboh menegaskan, akan mendorong pengembangan infrastruktur.

"Program tentunya tidak program kepada khusus pemberian kredit, tapi banyak. Kredit itu satu hal, kalau memberikan kredit saja namun tidak ada infrastruktur tentunya produksi yang dilakukan tidak bisa terdistribusi dengan baik," terang dia.

Sejalan dengan itu, menurutnya, terpenting saat ini ialah mendorong variasi pembiayaan. Sehingga, tidak lagi tergantung hanya pada bank.

"OJK bisa fasilitasi mulai dari pembiayaan, pembiayaan bukan saja perbankan kadang salah mengerti pembiayaan pasti perbankan. Tapi bisa melalui pasar modal. Jadi intermediasi itu bukan intermediasi perbankan. Juga bagaimana asuransi kita manfaatkan juga kan dananya besar, bagaimana kita bisa fasilitasi dana asuransi untuk digunakan pembangunan infrastruktur," ungkap dia.

Edukasi kepada masyarakat soal akses pembiayaan juga perlu ditingkat. Wimboh berpendapat, instrumen pembiayaan tak akan berjalan dengan baik jika pemahaman akan pembiayaan masih minim. Oleh karena itu, dia akan meningkatkan pemahaman masyarakat melalui optimalisasi teknologi.

"Ke depan kita akan mengoptimalkan penggunaan teknologi, bukan saja di produk perbankan, finansial teknologi, atau jasa keuangan lain. Tapi juga bagaimana dalam bidang edukasi," tutur dia.

Pemanfaatan teknologi, lanjut dia, juga akan digunakan untuk memaksimalkan fungsi pengawasan sehingga, kinerja OJK lebih transparan dan efisien. Pemanfaatan teknologi ini juga akan diterapkan pada sisi internal OJK

"Di samping itu teknologi kita pergunakan bagaimana melakukan pengawasan. Tidak mungkin jumlah bank begitu besar dilakukan dengan tradisional. Tentunya bagaimana kita gunakan teknologi. Jadi informasi bisa kita terima tanpa harus mengirim orang dulu. Kalau mengirim orang sebanyak-banyaknya bisa, tapi lama," tutup dia.