Liputan6.com, Jakarta - Bicara mengenai keuangan pribadi ada perbedaan jarak antara generasi milenial dan baby boomer terutama di Amerika Serikat (AS). Generasi muda AS lebih percaya diri kalau masa depannya akan cerah, namun mereka cenderung lebih khawatir dan stres saat ini.
Berdasarkan laporan terbaru dari Bank of America Merrill Lynch, anak muda usia 18-34 tahun, sekitar 48 persen percaya diri dan positif terhadap masa depan keuangan mereka. Angka ini lebih besar dari generasi baby boomers.
Sekitar 22 persen generasi baby boomers tidak begitu yakin dengan masa depan keuangannya terkait harus merawat orangtua yang menua dan membayar kuliah anaknya.Mereka pun memiliki waktu terbatas untuk mendapatkan penghasilan yang cukup untuk membayar semua itu.
Advertisement
Baca Juga
"Anak muda lebih memiliki pandangan lebih luas dan panjang untuk masa depan mereka. Jelas kalau generasi baby boomers, punya kerangka waktu yang berbeda," ujar Kepala Merrill Lynch, Kevin Crain, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Minggu (11/6/2017).
Selain itu, orang dewasa muda kemungkinan bebas stres soal keuangan. Ini lantaran mereka memiliki tagihan lebih kecil dari pada teman sebaya yang sedikit lebih tua.
Namun hasil jajak pendapat lain berbeda. Generasi milenial menghabiskan empat jam dalam seminggu untuk mempelajari masalah keuangan pribadi-nya di kantor. Dibandingkan dengan generasi X hanya sekitar dua jam dan sejam untuk generasi baby boomers. Hasil survei ini dilakukan Boston Research Technologis kepada 1.242 pekerja.
Crain menuturkan, generasi milenial memang memiliki optimistis jangka panjang terhadap keuangan pribadi, tetapi kekhawatiran jangka pendeknya juga tinggi. Salah satu penyebabnya terutama di AS, adalah kecemasan generasi milenial terhadap utang perguruan tinggi.
"Mereka menghabiskan banyak waktu untuk bagaimana mereka menganggarkan dan menyelamatkan (utang)," tutur dia.
Namun Crain menuturkan, sejumlah besar generasi milenial menghabiskan waktu soal keuangan menunjukkan kalau mereka menyadari pentingnya tujuan keuangan mereka. Akan tetapi dapat berdampak bagi kinerja dan kesehatan mereka sebagai pekerja.
Generasi milenial menyatakan kalau stres berdampak negatif terhadap pekerjaan mereka. Sekitar 68 persen, pekerja berusia 20-30 tahun menyatakan kalau stres juga mempengaruhi kesehatan-nya. Angka ini lebih tinggi dibandingkan generasi X sebesar 56 persen dan 51 persen bagi pekerja berusia 50-60 tahunan.
Namun, 53 persen pekerja secara keseluruhan menyatakan kalau stres menghalangi kemampuan mereka untuk fokus dan menyelesaikan pekerjaan.
"Ada dampak nyata bagi perusahaan terutama pekerja yang tidak sehat secara keuangan," ujar Crain.
Oleh karena itu, menurut Crain penting bagi pekerja untuk memiliki pengetahuan atau literasi keuangan. Ini agar mengetahui bagaimana mengelola keuangan pribadi misalkan dengan memiliki dana darurat. Craig menuturkan, kalau pentingnya mendidik seseorang secara menyeluruh terutama soal keuangan.
Â