Liputan6.com, Jakarta United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) merilis hasil laporan The World Investment Report 2017, bahwa peringkat Indonesia sebagai negara tujuan investasi paling prospektif dalam kurun 2017-2019 naik ke posisi 4 dari sebelumnya di ranking 8. Peningkatan tersebut karena investor melihat kondisi ekonomi, politik, keamanan sangat baik.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengungkapkan, faktor pendorong kenaikan peringkat Indonesia sebagai negara tujuan investasi karena upaya pemerintah menghadirkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Sementara faktor penghambatnya karena liberalisasi investasi.
Dari paparannya, pemerintah mengubah status Batam dari zona perdagangan bebas menjadi KEK sehingga memberi tambahan, termasuk insentif tax holiday dan accelerated amortizations. UNCTAD juga mengapresiasi perkembangan ICT dan finansial inklusi di Indonesia. Sebagai contoh, Amarta yang berkembang dari institusi mikrofinansial tradisional menjadi perusahaan fintech (financial technology).
Advertisement
"Indonesia yang tadinya tujuan investasi nomor 8 sekarang posisi 4. Meningkat, karena orang percaya dengan kinerja kita sampai hari ini, pertumbuhan ekonomi baik, fiskal dan moneter bagus," kata Darmin saat acara Dialog Ekonomi Indonesia Kini dan Esok di kantornya, Jakarta, Selasa malam (13/6/2017).
Menurut Darmin, kenaikan peringkat tersebut merupakan salah satu dampak setelah Standard & Poor's (S&P) menyematkan predikat investment grade ke Indonesia. Investment grade dari S&P menambah dua peringkat serupa yang sudah diraih Indonesia dari lembaga pemeringkat dunia lain, yakni Fitch dan Moody's. Efek lainnya, ada aliran dana masuk, yield obligasi pemerintah membaik, dan sebagainya.
"Pemilik dana jangka panjang paling konservatif adalah dana pensiun. Mereka tidak hanya mencari untung paling besar, tapi negara yang stabil. Jadi itulah kenapa negara-negara yang dipercaya tiga lembaga pemeringkat akan punya dana jangka panjang masuk," jelasnya.
Lebih jauh kata Darmin, apabila dana jangka panjang, seperti dana pensiun mengalir ke Indonesia, penanam modal pasti akan menukarkan uangnya ke rupiah untuk kemudian diinvestasikan di surat utang, saham, dan lainnya.
"Kita akan perbaiki kebijakan, contohnya kebijakan fiskal yang mulai membaik. Tadinya setiap akhir tahun selalu deg-degan, tapi kini realisasinya tidak akan jauh dari apa yang ditulis (APBN)," paparnya.
Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) ini mengaku senang, bahwa saat ini ada tiga sumber pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu konsumsi, investasi, dan ekspor impor.
"Dulu motor penggerak pertumbuhan ekonomi, konsumsi rumah tangga dan investasi, tapi sekarang bertambah ekspor impor. Kalau ada tiga unsur yang mendorong pertumbuhan ekonomi, jadi suatu indikasi bahwa pondasi untuk berkembang makin kuat, makin solid," tandas Darmin.