Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak sembilan negara memutus hubungan diplomatik dengan Qatar. Diantaranya adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir, Libya dan Yaman. Hal ini pun memberi imbas besar ke Qatar termasuk ke perusahaan penerbangan utamanya, Qatar Airways.
Dalam wawancaranya dengan AlJazeera, CEO Qatar Airways Akbar Al Baker menceritakan penyesalannya terhadap pemutusan hubungan diplomatik yang dilakukan oleh beberapa negara tetangga Qatar. Ia mengungkapkan, Qatar Airways turut menanggung beberapa kerugian akal hal ini.
"Saya sangat kecewa akan hal ini, bukan hanya karena apa yang mereka lakukan, tapi juga karena cara mereka melakukannya," ungkap Al Baker seperti dilansir dari AlJAzeera, Rabu (14/6/2017).
Advertisement
Baca Juga
"Apa yang mereka lakukan itu seakan menempel stiker besar pada Qatar Airways layaknya kami merupakan perusahaan buruk tukang mencuci uang atau tukang pengedar narkoba," lanjutnya.
Al Baker mengatakan, perusahaan penerbangan pimpinannya terpaksa membuat keputusan pahit untuk menyesuaikan kondisi yang terjadi. Sebagai pimpinan perusahaan, adanya blokade zona udara juga tak pernah ia bayangkan akan terjadi.
"Kami terpaksa mengeluarkan beberapa pegawai dari kantor, menahan manajer kami, hingga tidak mendapat kesempatan untuk memberi pengembalian uang kepada penumpang," kata Al Baker.
"Ini merupakan hal terakhir yang diinginkan seorang CEO perusahaan penerbangan, bahwa zona terbang yang bisa melayani penerbangan internasional telah dihambat secara ilegal," tuturnya.
Lebih lanjut bos Qatar Airways ini mengungkap, krisis diplomatik yang terjadi di negaranya bisa memberi imbas besar ke beberapa negara tetangga. Jika terus berlanjut, ia memprediksi bisnis penerbangan di area Timur Tengah akan terganggu.
"Walaupun kami sangat terkena dampak, begitu juga dengan negara tetangga kami. Kondisi yang sedang terjadi sekarang bisa memperburuk zona penerbangan seluruh kawasan Timur Tengah." lanjutnya.
Namun dengan krisis teluk yang terjadi saat ini, Al Baker tetap optimistis bahwa Qatar bisa melaluinya dengan baik. Ia yakin Qatar memiliki kemampuan untuk memperbaiki kondisi dan mengembalikan semua layaknya semula.
"Seseorang bisa sedang memanjat pohon sangat tinggi, tapi seringkali banyak dari mereka yang terluka saat mencoba turun dari pohon tersebut. Namun berbeda dengan negara saya. Negara saya akan bertahan."
"Jadi seharusnya, mereka harus menyadari bahwa mereka tidak bisa tertawa sementara negara kami dilanda masalah perekonomian. Karena pada akhirnya, mereka pun akan mengalami hal yang sama," ujarnya.