Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Rabu pekan ini. Dolar AS memang tertekan jelang pengumuman suku bunga acuan Bank Sentral AS.Â
Mengutip Bloomberg, Rabu (14/6/2017), rupiah dibuka di angka 13.289 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.291 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.280 per dolar AS hingga 13.293 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,40 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.286 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 13.294 per dolar AS.
Nilai tukar dolar AS memang melemah terhadap beberapa mata uang dunia. The dollar index, indeks yang mengukur nilai tukar dolar AS terhadap enam mata uang utama turun 0,1 persen menjadi 96,930.
Baca Juga
Dolar AS juga melemah terhadap yen sebesar 0,1 persen dan terhadap euro juga tertekan di angka yang sama yaitu 0,1 persen.
Pelaku pasar sedang pengumuman kebijakan Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) yang rencananya akan berlangsung pada pukul 2 siang waktu setempat.
Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen akan melangsungkan konferensi pers mengenai langkah-langkah kebijakan moneter dalam tengah tahun kedua ini termasuk rencana pengurangi kepemilikan surat utang lebih dari US$ 4 triliun.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Reuters terhadap beberapa ekonom menyimpulan bahwa the Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan di kisaran menjadi 1,25 persen dari sebelumnya 1 persen.
"Kebijakan the Fed ini akan menentukan arah dolar AS ke depannya," jelas kepala investasi U.S. Bank, Helena, Montana, AS, Bill Northey, seperti ditulis Reuters.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, rupiah masih menguat pada perdagangan Selasa kemarin setelah dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang di Asia.
Membaiknya data China serta kenaikan harga batu bara masih menutupi kekhawatiran pelaku pasar jelang pengumuman Bank Sentral AS sehingga membantu mengembalikan kekuatan rupiah.
Rupiah bisa kembali tertekan jika kenaikan suku bunga acuan AS sesuai dengan target disertai oleh pernyataan Yellen yang lebih hawkish.
"Fokus lain dari pelaku pasar adalah data neraca perdagangan dan pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang keduanya dijadwalkan Kamis," tutur dia.
Tonton Video Menarik Berikut Ini: