Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyatakan, sampai akhir September pemerintah tidak akan menaikkan harga elpiji bersubsidi ukuran 3 kilogram (kg).
Jonan mengatakan, pemerintah sudah menetapkan bahwa tidak ada kenaikan harga elpiji bersubsidi yang dibungkus dengan tabung berkelir hijau tersebut dari 1 Juli 2017 sampai 30 September 2017. Yaitu sekitar Rp 4.500 per kilogram (kg) atau Rp 13.500 per tabung 3 kg. Harga tersebut belum termasuk biaya penyaluran yang dibebankan ke masyarakat.
"Elpiji 3 kg mulai 1 Juli sampai 30 September tidak naik," kata Jonan, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (21/6/2017).
Advertisement
Jonan pun mengimbau kepada penjual eceran elpiji 3 kg untuk tidak mengambil keuntungan yang terlalu besar, agar tidak menciptakan kenaikan harga tinggi di tengah masyarakat.
"Saya mengimbau supaya harga eceran kepada pelanggan tidak dijual seenaknya. Kalau mau mengambil untung sedikit enggak apalah," ucap Jonan.
Sebelumnya, ide kenaikan harga elpiji 3 kg kembali muncul setelah pada pertengahan tahun lalu ide yang sudah dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2016 tersebut dibatalkan.
Jonan mengatakan, elpiji bersubsidi 3 kg tidak mengalami perubahan harga sejak diluncurkan program konversi minyak tanah ke elpiji pada 2007.
"Paling parah itu elpiji, itu tidak naik sejak 2007. Udah 10 tahun. Sejak masalah kebijakan konversi dari minyak tanah ke elpiji," kata Jonan.
Menurut Jonan, Undang-Undang APBN 2017 mengamanatkan, harga elpiji bersubsidi 3 kg bisa mengalami kenaikan Rp 1.000 per kg, atas dasar tersebut akan diusulkan untuk untuk diubah harganya.
"Karena kalau dalam UU APBN 2017, UU memandatkan bisa naik Rp 1.000 per kg. Iya (diusulkan perubahan harga)," ucap Jonan.
PT Pertamina (Persero) menyatakan besaran subsidi elpiji 3 kg yang dikeluarkan negara sudah lebih besar, dari uang yang dikeluarkan masyarakat untuk membeli elpiji tersebut.
Direktur Pemasaran Pertamina M Iskandar mengatakan, harga keekonomian elpiji saat ini sudah mencapai Rp 10.500 per kg atau Rp 31.500 untuk setiap tabung 3 kg, tetapi karena disubsidi masyarakat hanya dikenakan harga Rp 4.750 per kg, dengan begitu negara menomboki Rp 5.750 untuk setiap kg elpiji atau Rp 17.250.
"Ini gede banget, lebih besar subsidi," kata Iskandar.
Iskandar mengungkapkan, harga patokan elpiji atau CP Aramco mengalami peningkatan dari tahun lalu US$ 300 per ton, sedangkan saat ini sudah mendekati US$ 400 per ton.
"Kemarin agak rendah Aramco, tahun lalu 300-an, sekarang mendekati US$ 400 per ton," ucapnya.
Menurut Iskandar, konsumsi dan harga acuan elpiji 3 kg yang meningkat, membuat beban keuangan negara untuk menomboki subsidi elpiji akan bertambah berat. Kondisi tersebut saat ini dikhawatirkan Pertamina karena akan membuat subsidi membengkak.
"Yang mengkhawatirkan itu ya beban subsidinya meningkat, karena harga naik dan volume naik," tutup Iskandar.