Liputan6.com, Jakarta - Bila Anda khawatir dengan tabungan untuk masa pensiun, Anda tidak sendirian. Generasi milenial termasuk yang juga khawatir hadapi dilema mempersiapkan tabungan pensiun dan dana pensiun.
Berdasarkan studi pada 2016, generasi milenial yang sudah bekerja merasa tidak dapat menyimpan dan memiliki tabungan besar untuk pensiun.
Mengapa generasi milenial begitu khawatir? Generasi milenial cenderung tidak memiliki kelola keuangan yang ideal sehingga berpotensi ganggu keuangan di masa depan.
Advertisement
Baca Juga
Lalu apa saja yang membuat generasi milenial ini berisiko untuk menyiapkan tabungan pensiun atau dana pensiun seperti dikutip dari laman Wisebread, seperti ditulis Sabtu (24/6/2017):
1. Menunda tabungan dan dana pensiun
Diperkirakan empat dari 10 anak muda yang masuk generasi milenial tidak mulai menabung untuk pensiun ketika bekerja. Dari survei 2016 menyebutkan kalau sekitar 61 persen wanita dan 50 persen pria yang masuk generasi milenial hanya memiliki dana sedikit untuk ditabung untuk pensiun.
Namun, sisi lain menunda mempersiapkan dana pensiun juga berdampak serius. Hal itu lantaran jumlah yang akan diterima saat pensiun kurang optimal. Meski demikian jika Anda terus menunda untuk menyiapkan dana pensiun juga berisiko.
2. Prioritaskan dana pendidikan anak
Sekitar 19 persen orangtua yang masuk generasi milenial menyatakan kalau keuangan mereka diprioritaskan untuk dana pendidikan anak. Menurut TD Ameritrade, orangtua generasi milenial menghabiskan rata-rata US$ 310 per bulan untuk biaya kuliah anak.
Selain itu, para generasi milenial yang sudah menikah juga punya tanggungan untuk bayar pinjaman biaya pendidikan saat kuliah dan menyisihkan untuk pendidikan anak mereka. Oleh karena itu, generasi milenial memprioritaskan tabungan pensiun di posisi ketiga, dan belum jadi prioritas penting.
Â
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:
Â
Â
Tak Punya Tujuan
3. Tak punya tujuan untuk siapkan dana pensiun
Jika Anda tidak tahu tujuan Anda, maka tidak akan pernah tahu kapan Anda sampai di sana. Berdasarkan survei the Employment Benefit Research Institute kalau hanya sebagian kecil saja pekerja berusia 25-34 tahun mencoba menghitung berapa dana yang diperlukan agar hidup nyaman saat pensiun.
Dengan tidak menetapkan tujuan dana pensiun, generasi milenial kemungkinan akan salah menilai berapa banyak kontribusi dari penghasilan untuk dana pensiun mereka.
4. Terima gaji pertama tanpa negosiasi
Banyak generasi milenial yang ingin segera bekerja dan mendapatkan penghasilan. Akhirnya kadang mereka melewatkan negosiasi gaji. Berdasarkan survei NerdWallet dan Looksharp, dari 8.000 lulusan baru yang memasuki dunia kerja antara 2012-2015, hanya 38 persen yang menegosiasikan gajinya.
Survei yang sama juga mengungkapkan kalau 74,4 persen pekerja memiliki ruang kenaikan gaji 5-10 persen, sedangkan 8,6 persen pekerja hanya punya ruang kenaikan gaji sekitar 11-20 persen, sedangkan 1,3 persen dari mereka bersedia dan mampu memiliki kenaikan gaji di atas 20 persen.
Lalu apakah generasi milenial melewatkan negosiasi karena takut pekerjaan mereka ditolak? Tidak juga. Hampir sembilan dari 10 pekerja di survei itu tidak pernah melakukan hal itu. Potensi kenaikan gaji tersebut mempengaruhi penghasilan seseorang ke depannya.
Gagal menegosiasikan gaji awal juga dapat meniru bagaimana mereka mempersiapkan masa pensiun mereka. Memiliki tabungan untuk dana pensiun mungkin bagi generasi milenial tidak terlalu menjadi prioritas. Namun jika Anda sudah memiliki pemahaman untuk memulai menabung bagi dana pensiun, kenapa tidak dilakukan sejak awal. Lebih baik bila dimulai lebih awal untuk menyiapkan dana pensiun.