Liputan6.com, Jakarta Serangan siber kembali menyasar perusahaan multinasional. Kali ini giliran, perusahaan pelayaran raksasa AP Moller-Maersk.
Perusahaan yang menangani satu dari tujuh kontainer yang dikirim secara global, mengaku sebuah serangan siber telah menyebabkan kerusakan pada sistem komputernya di seluruh dunia pada Selasa waktu setempat.
Serangan itu terjadi saat server komputer di seluruh Eropa dan di India terkena serangan ransomware besar. "Kami dapat memastikan bahwa sistem TI Maersk pada beberapa situs dan unit bisnis down karena adanya serangan siber," kata Maersk melalui unggahan di Twitter seperti dikutip dari laman CNBC, Rabu (28/6/2017).
Advertisement
Baca Juga
Serangan ini mempengaruhi semua unit bisnis di Maersk, termasuk pengiriman kontainer, pelabuhan dan operasi kapal tunda, produksi minyak dan gas, jasa pengeboran, dan kapal tanker minyak, menurut keterangan perusahaan.
Seorang juru bicara mengatakan, kerusakan sistem dapat meluas di seluruh operasi global perusahaan. Namun tak dijelaskan bagaimana operasi Maersk terkena dampaknya.
Dengan armada lebih dari 600 kapal kontainer, Maersk adalah perusahaan pelayaran terbesar di dunia dengan pangsa pasar sekitar 16 persen. Perusahaan menangani sekitar 25 persen dari semua kontainer yang dikirim pada rute utama Asia-Eropa.
Terminal operator APPS Maersk juga terkena. Penyiar Belanda RTV Rijnmond melaporkan bahwa 17 terminal kontainer pengiriman yang dikelola Terminal APM telah diretas, termasuk dua di Rotterdam dan 15 di bagian lain dunia.
Laporan RTV mengatakan komputer terinfeksi ransomware yang mengacak perangkat keras di Terminal APM. Port of New York dan New Jersey mengatakan Terminal APM-nya akan ditutup di sebagian hari.
Industri pelayaran kontainer memang cukup tertinggal dibandingkan sektor lain dalam menyediakan proses layanan secara online.
Namun, Maersk memastikan pihaknya berkomitmen untuk mengotomatisasi sistemnya untuk mendorong efisiensi dan mengurangi biaya, walaupun masih ada sejumlah besar dokumen yang memperlambat penanganan dan pelacakan kontainer.
Produsen minyak utama Rusia Rosneft juga mengakui jika servernya terkena serangan siber skala besar, namun produksi minyaknya tidak terpengaruh.
Bank sentral Ukraina juga mengatakan sejumlah bank komersial miliknya baik punya negara serta swasta terkena serangan siber karena "virus yang tidak diketahui".
Simak video menarik berikut ini: