Liputan6.com, London - Analis dan pakar keamanan di IHS Markit memperkirakan pendapatan ISISÂ anjlok 80 persen selama dua tahun terakhir. Itu lantaran kerugian di wilayah teritori yang menghasilkan minyak dan pajak mulai tiris.
Berdasarkan data IHS Markit's Conflict Monitor yang menggunakan wawancara, dokumen Islamic State, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) serta sumber oposisi Suriah menyebutkan ISIS menghasilkan dana US$ 16 juta per bulan pada kuartal II 2017. Angka ini turun tajam dari kisaran US$ 81 juta per bulan pada periode sama pada 2015.
Laporan itu juga menyebutkan kalau banyak hal berubah untuk kelompok teror tersebut yang menghasilkan uang, dari mengenakan pajak kepada orang-orang di wilayahnya, menjual minyak di pasar gelap, menyelundupkan artefak arkeologi curian serta menuntut uang tebusan.
Advertisement
Baca Juga
"Kerugian teritorial itu merupakan faktor utama yang menyebabkan hilangnya pendapatan ISIS," ujar Ludovico Carlino, analis Timur Tengah di IHS Markit, seperti dikutip dari laman CNN Money, Sabtu (1/7/2017).
Analis mengatakan, rata-rata pendapatan dari minyak secara bulanan turun 88 persen dari 2015. Sedangkan pendapatan dari pajak dan penyitaan telah merosot 79 persen.
Tiga tahun sejak mendeklarasikan negara Islam di Irak dan Suriah, ISIS terguncang dari kerugian. Apalagi usai kehilangan cengkeramannya pada Mosul, pusat terbesar di Irak. IHS Markit memperkirakan ISIS telah kehilangan tanahnya 60 persen sejak Januari 2015. Kepemilikannya sekarang berkurang menjadi wilayah seukuran Belgia.
"Kehilangan kontrol kota di Mosul berpenduduk padat di Irak serta daerah kaya minyak di Provinsi Suriah Raqqa dan Homs memiliki dampak sangat signifikan terhadap kemampuan kelompok itu menghasilkan pendapatan," kata Carlino.
Meski demikian, analis mengatakan ISISÂ akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan kerugian keuangan. ISIS diperkirakan menyesuaikan dengan serangan tangkas, mobilitas dan kejutan.
"Meski pun ISIS masih terlibat dalam kegiatan komersial, terutama produksi minyak, ada indikasi mereka berupaya meningkatkan cadangan keuangan-nya. Mempercepat peralihan dari ekonomi birokratis dan terpusat arah pendanaannya. Bahkan bisa melalui perang ekonomi yang sesungguhnya," ujar Carlino.
Â
Â
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Â
Â