Liputan6.com, Bern - Institut Le Rosey merupakan sekolah termahal di dunia. Terletak di Swiss, sekolah ini memiliki dua lokasi khusus untuk para siswanya.
Pada musim semi dan panas, para siswanya akan mendapat pengajaran di kawasan kastil Château du Rosey yang dibangun dari abad 14. Sementara, ketika musim dingin tiba, proses belajar mengajar akan pindah ke vila mewah di resor ski Gstaad. Tak heran apabila biaya sekolah di Institut Le Rosey mencapai 87.300 pound sterling atau setara Rp 1,5 miliar per tahun.
Sekolah yang dibangun pada abad ke-14 ini baru berjalan pada tahun 1880. Beberapa alumnus terkenal juga pernah menuntut ilmu di tempat ini, contohnya Raja Albert II dari Belgia, Shah Iran, Pangeran Rainier dari Monaco, dan Raja Farouk dari Mesir.
Advertisement
Pihak sekolah mengatakan, 30 persen lulusannya mampu masuk ke jenjang pendidikan tinggi di universitas ternama dunia. Beberapa di antaranya bahkan sudah menjadi mahasiswa di kampus Ivy League, seperti MIT, Harvard hingga Oxbridge.
"Jelas, kami adalah sekolah asrama internasional yang tertua di Swiss. Siswa yang bersekolah di sini melewati saringan khusus. Mereka yang lolos rata-rata memiliki anggota keluarga yang sebelumnya bersekolah di sini," kata Felipe Laurent, juru bicara alumni dan Le Rosey, seperti dikutip Business Insider, Selasa (4/7/2017).
"Beberapa keluarga memang menginginkan anaknya bersekolah di sini, karena mereka ingin anaknya meneruskan warisan yang sudah turun-temurun ada di keluarga mereka," lanjutnya.
Kampus utama Le Rosey berada di antara Jenewa dan Lausanne, Swiss. Sekolah tersebut berdiri di lahan seluas 28 hektare
Ada kolam renang indoor dan outdoor di kampus musim panas. Desain bangunannya juga unik dengan arsitektur khas abad pertengahan.
Simak video menarik di bawah ini:
Â
Proses belajar mengajar
Siswa mulai masuk di kampus utama pada bulan September dan mendapat libur pada Oktober dan Desember. Kemudian, setelah Natal, mereka menuju ke sebuah kampus di kota kuno Gstaad untuk belajar di sekolah musim dingin. Hal ini sudah menjadi sebuah tradisi untuk Le Rosey sejak 1916.
Di kampus musim dingin, siswa dapat bermain ski empat kali dalam seminggu. Mereka juga memiliki pelajaran pada hari Sabtu pagi.
Setelah istirahat pada bulan Maret, siswa kembali ke kampus utama pada bulan April sampai Juni. Pada akhir Juni, mereka mendapat libur musim panas.
"Hal ini dilakukan agar siswa mendapat pikiran segar untuk melanjutkan tahun akademik," ujar Laurent.
Saat ini ada 400 siswa berusia antara 8 dan 18 tahun yang bersekolah di Le Rosey. Mereka berasal dari 67 negara. Siswa di sekolah ini diharapkan bisa belajar dalam empat bahasa sekaligus, termasuk bahasa Dzongka atau Swahili.
Perpustakaan Le Rosey dilengkapi dengan buku yang ditulis dari 20 bahasa. Asrama dapat dihuni dua orang siswa, tetapi mereka dapat mengganti teman sekamar tiga kali setahun. Siswa tingkat akhir berhak untuk punya kamar sendiri.
Advertisement
Aturan sekolah
Selama proses belajar, siswa harus mengenakan pakaian yang "nyaman dan benar". Ini berarti mereka harus mengenakan kemeja yang dilipat ke dalam celana, rok dan gaun juga harus cukup panjang sehingga menutupi bagian tengah dan bahu.
Untuk acara sekolah formal, seperti pesta dan konferensi, siswa mengenakan seragam sekolah. Bagi anak laki-laki, seragam terdiri dari blazer biru tua, lencana Rosey, kemeja putih atau biru, dasi sekolah, celana abu-abu, dan sepatu hitam. Anak perempuan memakai blazer biru tua, bros Rosey, gaun putih, syal sekolah, dan sepatu.
Ada beberapa peraturan ketat lainnya di Le Rosey. Misalnya, siswa tidak boleh berbicara dengan tangan di saku mereka, dan mereka harus berdiri jika ada orang dewasa yang berbicara dengan mereka.
Olahraga juga merupakan bagian utama dari kehidupan sehari-hari di sekolah ini. Beberapa fasilitas olahraga di Le Rosey bisa mengakomodasi hingga 25 olahraga setiap tahunnya. Ada lapangan sepak bola dan rugby, jalur atletik, lapangan basket, lapangan voli pantai, lapangan tenis, lapangan pacuan kuda, danau untuk mendayung dan dua ruang kebugaran.
Meskipun murid yang bersekolah disini berasal dari keluarga kaya, proses sosialisasi dan pelajaran di sekolah ini justru membuat para siswa menjalani "kehidupan normal" pada umumnya.
Le Rosey memiliki ikatan alumni hingga 5.000 orang di seluruh dunia. Laurent mengatakan bahwa mantan siswa sekolah tersebut memiliki kerinduan tersendiri bahwa saat bersekolah merupakan waktu terindah dalam hidup mereka.
"Ini adalah tempat dimana mimpi bisa terjadi," kata salah seorang alumni.