Liputan6.com, Jakarta Harga bahan pangan di DKI Jakarta tetap terkendali pada Juni 2017, menghadapi tekanan inflasi selama Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 2017.
Inflasi DKI Jakarta pada Juni tercatat hanya sebesar 0,46 persen (month to month/mtm), jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata historis inflasi bulan Idul Fitri dalam tiga tahun terakhir, yaitu 0,93 persen.
Dengan perkembangan ini laju inflasi sejak awal tahun 2017 mencapai 2,31 persen (ytd), atau 3,94 persen (yoy). Terkendalinya inflasi DKI Jakarta juga tercermin dari pencapaian yang lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 0,69 persen (mtm).
"Inflasi kelompok bahan pangan yang bergejolak (volatile food) yang kerap meningkat pada bulan Idul Fitri, saat ini menunjukkan pergerakan yang stabil," ujar‎ Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Doni P Joewono‎, Selasa (4/7/2017).
Doni menjelaskan, komoditas cabai merah yang kerap mengalami kenaikan harga pada Idul Fitri, justru turun harga sebesar 12,39 persen (mtm) akibat berlimpahnya pasokan cabai di Ibukota. Pada subkelompok komoditas daging dan hasil-hasilnya, daging sapi turut mengalami penurunan harga sebesar 0,11 persen.
Sementara, harga daging ayam ras cenderung stabil dan hanya mengalami kenaikan sebesar 0,48 persen. Pada 3 tahun sebelumnya, rata-rata kenaikan harga kedua komoditas daging ini masing-masing sebesar 3,72 persen dan 3,08 persen. Adapun harga beras masih terkendali, dan hanya mengalami kenaikan sebesar 0,64 persen.
Secara keseluruhan, pencapaian inflasi bahan makanan pada Juni 2017 sebesar 0,72 persen, lebih terkendali dibandingkan dengan inflasinya pada bulan Idul Fitri dalam 3 tahun terakhir, yang mencapai rata-rata 2,00 persen.
"Berbagai program TPID Provinsi DKI Jakarta dan koordinasi yang lebih baik lintas instansi dalam pengendalian harga, serta pembentukan ekspektasi positif masyarakat ikut berperan dalam menjaga kestabilan harga di Jakarta," tambah Doni.
Sejalan dengan kelompok volatile foods, kelompok administered prices juga mengalami pergerakan yang cukup stabil. Tingkat permintaan jasa transportasi pada masa libur Idul Fitri, terutama pada moda angkutan udara dan antarkota tercatat relatif terkendali.
Angkutan udara, mengalami kenaikan sebesar 12 persen, relatif lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya 15,73 persen.
Berbagai pembangunan infrastruktur yang telah beroperasi, seperti jalan darat dan tol, memberikan alternatif moda transportasi yang lebih variatif, termasuk menggunakan kendaraan pribadi. Hal tersebut juga mempengaruhi kenaikan tarif angkutan antarkota yang tercatat sebesar 8,67 persen (mtm), lebih rendah dari rata-rata tiga tahun sebelumnya (9,34 persen mtm).
Berbagai perkembangan harga ini membawa kelompok pengeluaran transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,90 persen, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata bulan Idul Fitri dalam 3 tahun terakhir 1,25 persen.
Inflasi yang rendah juga didukung oleh stabilnya perkembangan harga komoditas pada kelompok inti. Kenaikan harga komoditas kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang rendah merupakan pendorong utama stabilnya kelompok inti. Kelompok ini hanya mengalami inflasi sebesar 0,35 persen, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata bulan Idul Fitri pada 3 tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,19 persen.
Terkendalinya harga pangan yang digunakan sebagai bahan baku makanan jadi, turut mendukung pencapaian inflasi yang rendah tersebut. Sementara itu, kelompok pengeluaran sandang tercatat sebesar 0,75 persen (mtm), sedikit lebih tinggi dari rata-ratanya 0,46 persen. Hal ini terutama disebabkan kenaikan harga emas perhiasan sebesar1,54 persen (mtm).
Baca Juga
Tonton video menarik berikut ini:
Advertisement