Sukses

Bank Dunia: Ancaman Proteksionisme Bayangi Ekonomi RI

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,2 persen pada 2017.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia masih positif pada 2017. Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan didukung fundamental ekonomi domestik dan global.

Bank Dunia perkirakan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,2 persen pada 2017 dari periode 2016 sebesar 5 persen. Pada 2018, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5,3 persen.

Mengutip Bank Dunia dalam laporan perkembangan triwulanan perekonomian Indonesia Juni 2017, Selasa (4/7/2017), ekonomi Indonesia bakal positif pada 2017, salah satunya didukung dari kenaikan peringkat utang oleh lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P) pada 19 Mei 2017. Dengan kenaikan peringkat tersebut diharapkan dapat mendorong aliran dana investor asing masuk ke Indonesia terutama dari Jepang.

Faktor konsumsi swasta diperkirakan meningkat juga menopang ekonomi Indonesia. Hal itu didukung dari inflasi rendah yang diperkirakan 4,3 persen pada 2017. Selain itu, nilai tukar rupiah yang stabil, menguatnya kepercayaan konsumen dan tingkat bunga pinjaman rendah. Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan sekitar 150 basis poin pada 2016. Saat ini 7-days repo rate berada di kisaran 4,75 persen.

"Kenaikan upah pada 2016 juga diharapkan dapat berdampak untuk pertumbuhan konsumsi pada 2017," tulis laporan Bank Dunia.

Pulihnya belanja pemerintah pada kuartal I 2017 juga diharapkan dapat berlanjut hingga akhir 2017. Investasi swasta diperkirakan meningkat seiring pemulihan ekonomi sejak 2008. Diharapkan investasi swasta ini juga dapat menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pertumbuhan investasi ini akan ditopang pemulihan harga komoditas, reformasi untuk meningkatkan bisnis, dan tingkat bunga rendah.

Akan tetapi, Bank Dunia juga melihat risiko yang dihadapi Indonesia. Risiko itu antara lain ketidakpastian global dan ancaman aksi proteksionisme.

"Pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve juga menjadi tantangan ekonomi Indonesia. Kenaikan suku bunga dapat memicu volatilitas di pasar keuangan dan modal," tulis Bank Dunia.

Lebih lanjut Bank Dunia melihat kalau kenaikan suku bunga dapat memicu arus dana keluar dari pasar negara berkembang termasuk Indonesia. Arus keluar tersebut dapat menyebabkan ketatnya kondisi keuangan domestik. "Ini dapat mendorong volatilitas dalam rupiah yang akan bebani konsumsi swasta, rumah tangga dan investasi," tulis Bank Dunia.

Pemilihan umum daerah pada 2018, dan dilanjutkan dengan pemilihan legislatif dan presiden pada 2019 juga akan bayangi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Reformasi struktural untuk menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi diperkirakan menyempit. Ini lantaran fokus pada kampanye sehingga semakin sulit menerapkan reformasi ekonomi.

"Meningkatnya ketidakpastian politik juga dapat hambat investasi terutama dari asing," tulis Bank Dunia.

Bank Dunia melihat penanaman modal asing (PMA) langsung di Indonesia telah berkembang selama 15 tahun terakhir tetapi masih merupakan bagian kecil dari produk domestik bruto (PDB) dibandingkan negara lain di kawasan.

 

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

Â