Sukses

Produksi Diperkirakan Turun, Harga Minyak Dekati US$ 50 per Barel

Produksi minyak mentah AS mulai mengalami penurunan sehingga mampu mendorong kenaikan harga minyak secara perlahan.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak bergerak di dua arah pada perdagangan Selasa namun kemudian ditutup melemah tipis. Salah satu pendorong kenaikan harga minyak adalah pelaku pasar melihat ada kemungkinan penurunan produksi minyak mentah AS.

Mengutip Reuters, Rabu (5/7/2017), harga minyak Brent yang menjadi patokan harga internasional turun 0,7 persen menjadi US$ 49,61 per barel. Sedangkan harga minyak berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan naik 1 sen menjadi US$ 47,08 per barel.

Harga minyak AS diperdagangkan lebih rendah di awal sesi karena banyaknya pedagang yang menutup posisi jelang libur Hari Kemerdekaan AS pada 4 Juli. Sementara harga minyak Brent juga mengalami hambatan karena telah mendekati angka US$ 50 per barel.

Prospek harga minyak secara perlahan mulai berubah. Semula, pada akhir Mei hingga Juni pelaku pasar sangat yakin bahwa harga minyak bakal terus tertekan karena meningkatnya jumlah produksi minyak mentah di AS.

Pelaku pasar menyangsikan bahwa usaha pemangkasan produksi yang dilakukan oleh organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) dan beberapa negara lain di luar OPEC bakal terganggu dengan peningkatan produksi minyak di AS tersebut.

Namun mendekati akhir Juni, pandangan dari pelaku pasar sedikit berubah. Data yang ada menunjukkan bahwa produksi minyak mentah AS mulai mengalami penurunan sehingga mampu mendorong kenaikan harga minyak secara perlahan.

"Fakta bahwa tidak ada banyak tekanan pada akhir bulan menjelaskan bahwa terjadi pergeseran sentimen," jelas laporan Commerzbank.

Hasil survei Reuters menunjukkan bahwa harga minyak mengalami kenaikan dalam beberapa hari terakhir meskipun produksi OPEC mencapai level tertinggi di 2017 yaitu di 32,72 juta barel per hari pada Juni lalu.

Upaya beberapa negara OPEC untuk menyeimbangkan harga pasar telah dirusak oleh meningkatnya produksi dari Libya dan Nigeria yang memang tidak masuk atau dibebaskan dari kesepakatan pemotongan produksi.

Tonton Video Menarik Berikut Ini: