Liputan6.com, New York - Harga minyak merosot hampir tiga persen seiring kenaikan produksi minyak Amerika Serikat (AS) dan ekspor OPEC meningkat. Ini membuat investor ragu mengenai usaha produsen memangkas harga minyak.
Harga minyak Brent turun US$ 1,4 atau 2,9 persen ke level US$ 46,71 per barel, usai sentuh level terendah US$ 46,28. Harga minyak Amerika Serikat West Texas Intermediate (WTI) merosot US$ 1,29 atau 2,89 persen ke level US$ 44,23 per barel. Selama sepekan, harga minyak Brent turun 2,5 persen dan harga minyak WTI tergelincir 3,9 persen.
"Kekhawatiran mengenai pasokan berlanjut," ujar Matt Smitch, Direktur Clipperdata, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (8/7/2017).
Advertisement
Baca Juga
Dia menuturkan, ekspor OPEC naik 2 juta barel per hari, dan ini lebih dari 2016. Angka ini juga di atas dari kesepakatan memangkas produksi minyak di antara negara OPEC mencapai 1,8 juta barel per hari.
"Kami melihat ekspor bulan lalu dari OPEC lebih kuat dari April dan Mei. Kelihatannya hal ini berbeda dengan kesepakatan pemangkasan produksi minyak OPEC," ujar Smith.
Data Reuters menunjukkan, produksi OPEC juga catatkan level tertinggi pada tahun ini. Rusia, yang juga sepakat pangkas produksi minyak mengatakan akan pertimbangkan revisi parameter kesepakatan jika dibutuhkan. Negara produsen minyak akan melakukan pertemuan pada 24 Juli di Rusia, negara tersebut dapat merekomendasikan mengenai penyesuaian kesepakatan.
Sementara itu, pemerintah AS mencatat produksi naik 1 persen menjadi 9,43 juta barel pada pekan lalu. Total rig juga naik menjadi 763, dan terbanyak sejak April 2015.
Morgan Stanley pun memperkirakan harga minyak WTI akan di bawah US$ 50 hingga pertengahan 2018. Kenaikan bila pemangkasan produksi minyak OPEC tidak cukup pengaruhi harga minyak.
Â
Â
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:
Â
Â
Â
Â