Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan Malaysia akan membawa permasalahan resolusi Uni Eropa terkait produk sawit ke World Trade Organization (WTO). Resolusi ini dinilai tidak adil lantaran membatasi impor minyak sawit dan menghentikan penggunaan minyak sawit untuk program biodiesel Eropa.
Untuk menindaklanjuti bergulirnya resolusi ini, Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukita telah melakukan pertemuan dengan Menteri Perdagangan Internasional dan Industri Malaysia Dato' Sri Mustapa Mohamed dalam The 3rd Malaysia–Indonesia Joint Trade and Investment Committee (JTIC). Salah satu isu yang dibahas adalah Resolusi Uni Eropa tentang minyak sawit dan deforestasi hutan tropis.
Kedua negara, Malaysia dan Indonesia mengungkapkan kekecewaan mendalam atas perlakuan tidak adil oleh UE mengenai minyak sawit, dengan mendukung minyak nabati lainnya. Padahal produk minyak nabati itu juga berkontribusi secara signifikan terhadap deforestasi.
Advertisement
Baca Juga
"Resolusi Uni Eropa ini serta praktek pelabelan yang tidak adil oleh sektor swasta di UE akan berdampak negatif tidak hanya ekspor minyak sawit dari Malaysia dan Indonesia ke pasar UE, namun juga mata pencaharian dari jutaan petani kecil," ujar Enggartiasto dalam keterangan Tertulis di Jakarta, Selasa (18/7/2017).
Malaysia dan Indonesia akan bekerja sama melalui Dewan Negara–Negara Penghasil Minyak Sawit atau The Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC).
Malaysia dan Indonesia direncanakan bertemu pada akhir Juli 2017 untuk membahas dan mengoordinasikan isu-isu yang berkaitan dengan minyak sawit. Termasuk misi bersama CPOPC ke Eropa dalam rangka pendekatan dengan pihak-pihak terkait dan pemangku kepentingan.
Selanjutnya, Malaysia dan Indonesia akan mempertimbangkan untuk membawa isu ini ke Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO), jika Resolusi tersebut menjadi sebuah instruksi resmi UE dan bersifat diskriminatif.
Tonton Video Menarik Berikut Ini: