Liputan6.com, Jakarta - Lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings, kembali mempertahankan peringkat Long Term Foreign dan Local Currency Issuer
Default Rating di level BBB- atau layak investasi dengan outlook positif.
Dikutip dari keterangan resminya di Jakarta, Kamis (20/7/2017), peringkat penerbitan obligasi dan sukuk dengan mata uang domestik dan asing yang dikeluarkan melalui Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia juga ditegaskan berada pada level BBB-.
Faktor kunci yang mendukung outlook ini, antara lain rekam jejak stabilitas makro ekonomi yang dapat dijaga dengan baik, outlook pertumbuhan ekonomi yang positif, serta kebijakan pengelolaan utang dengan mempertahankan beban utang pada level yang rendah.
Advertisement
Direktur dan Primary Analyst Fitch Ratings, Thomas Rookmaaker, mengatakan, peringkat ini diperoleh Indonesia lantaran beban utang pemerintah yang rendah dan seimbang. Adapun Fitch menyatakan bahwa Indonesia memiliki prospek pertumbuhan yang baik dan eksposur terhadap risiko sektor perbankan pun terbatas.
Baca Juga
“Indonesia terus memperkuat kebijakan makro ekonomi dengan fokus pada stabilitas makro dan pertumbuhan yang berkelanjutan sejak kami merevisi outlook Indonesia menjadi positif dari stabil di Desember 2016,” ucap Rookmaaker.
Ia pun mengatakan, dorongan reformasi struktural yang kuat sejak September 2015 secara bertahap memperbaiki lingkungan bisnis yang sulit, termasuk pengurangan jumlah dan lamanya prosedur birokrasi dan pendekatan standar terhadap penetapan upah minimum.
“Agenda reformasi bisa kehilangan momentum jika friksi politik dan agama menjadi gangguan dari pembuatan kebijakan ekonomi saat Pemilihan Presiden 2019,” paparnya.
Selain itu, Fitch juga menyatakan asumsi pertumbuhan PDB yang lebih kredibel dalam anggaran yang direvisi untuk 2017. Sebab, hal ini menggambarkan adanya pergeseran dari target pertumbuhan ekonomi yang terlalu ambisius dalam anggaran dalam beberapa tahun terakhir.
"Fitch memperkirakan pertumbuhan PDB riil akan meningkat menjadi 5,2 persen pada 2017 dan sebesar 5,6 persen di 2018," kata Rookmaaker.
Fitch menyatakan, kebijakan moneter yang efektif meredam gejolak pasar keuangan dan dorongan reformasi struktural yang kuat sejak Desember 2016 mampu memperbaiki iklim investasi secara bertahap dan diperkirakan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah.
Beban utang pemerintah terhadap PDB pun dinilai cukup baik apabila dibandingkan dengan negara lain yang berada pada peringkat yang sama. Kedisiplinan pemerintah untuk menjaga defisit dalam tingkat yang diatur oleh Undang-Undang sebesar 3 persen dari PDB telah membantu meningkatkan keyakinan investor terhadap Indonesia pada saat pasar bergejolak.
Fitch juga menyatakan bahwa perbaikan rating dimungkinkan apabila Indonesia mampu meningkatkan ketahanan sektor eksternal, melanjutkan perbaikan iklim investasi dan standar tata kelola, serta menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara peers.
Selain itu, kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) juga menopang dampak dari gejolak volatilitas nilai tukar yang dilihat dari posisi cadangan devisa (cadev) per Mei 2017 sebesar US$ 125 miliar, naik 35 persen dibandingkan 2013 atau saat terjadi taper tantrum.
Tonton Video Menarik Berikut Ini: