Sukses

YLKI: Konsumen Sulit Bedakan Beras Premium atau Palsu

YLKI menyatakan konsumen merupakan pihak yang paling dirugikan dalam kasus dugaan pemalsuan kualitas beras premium.

Liputan6.com, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan konsumen merupakan pihak yang paling dirugikan dalam kasus dugaan pemalsuan kualitas beras premium. Lantaran, pembeli telah mengeluarkan uang lebih untuk mendapat kualitas terbaik dari beras premium tersebut.

Ketua Harian YLKI Sularsi mengatakan, selama ini sulit untuk membuktikan jika produk yang dibelinya merupakan produk dengan kualitas yang paling tinggi. Sebagai contoh yang terjadi pada kasus beras premium ini.

"Bagi konsumen, untuk mengetahui ini benar atau tidak perlu ada pembuktian, ada yang tidak menggunakan pemutih, tidak pakai bahan pengawet, produk lain menyebut ada kandungan lemak, protein, karbohidrat," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (24/7/2017).

Dia menuturkan, konsumen hanya bisa menilai jika beras tersebut merupakan kategori premium atau medium hanya berdasarkan kemasan dan penampakan dari beras ini. Sedangkan untuk memastikan jika beras ini benar-benar kategori premium, harus dilakukan pengecekan ke laboratorium.

"Konsumen membeli berdasarkan visualnya saja, tidak melakukan secara mendalam. Misalnya ada kandungan protein 14 persen, ada kabronidratnya, untuk mengetahui itu tidak bisa dilakukan secara visual, harus dilakukan pembuktian secara tes laboratorium," ungkap dia.

Satu-satunya yang bisa dijadikan acuan bagi konsumen untuk membedakan kualitas beras asli atau palsu yaitu dengan adanya label Standar Nasional Indonesia (SNI).

"Dia harus SNI, butiran utuh berapa persen, pecah berapa persen. Ini kan harus ada pembuktian kalau mengacu SNI. Ada ketentuannya SNI-nya, baik beras premium dan medium. Premium itu yang paling bagus," tutur dia.

 

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

Â