Liputan6.com, Jakarta - Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dari dua negara besar yaitu Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Hal ini dilakukan menyusul menurunnya kinerja ekonomi dua negara tersebut dalam tiga bulan terakhir.
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di AS dan Inggris menurun di luar perkiraan. Seperti dilansir dari Business Insider, Kamis (27/7/2017), IMF pada April kemarin memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Inggris di angka 2 persen. Namun angka proyeksi tersebut akhirnya dipangkas ke 1,7 persen.
Sedangkan untuk tahun depan, IMFÂ memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Inggris berada di angka 1,5 persen sama seperti rilis April lalu.
Advertisement
Baca Juga
Hal yang sama juga terjadi pada AS. Pertumbuhan ekonomi negara yang dipimpin oleh Donald Trump tersebut diperkirakan sebesar 2,1 persen, lebih rendah dari rilis April lalu 2,3 persen. Untuk tahun depan, IMF menurunkan proyeksi dari 2,5 persen menjadi 2,1 persen.
Menurut IMF, penurunan proyeksi pertumbuhan AS tahun ini disebabkan lemahnya pertumbuhan di kuartal pertama. Dari tahun ke tahun, kebijakan fiskal yang kurang ekspansioner dan cenderung tidak ada kepastian menjadi faktor utama adanya revisi pertumbuhan ekonomi negara Paman Sam ini.
"Ekspektasi pasar stimulus juga melemah," tulis IMF.
Lebih lanjut IMFÂ menjelaskan, pilihan kebijakan akan sangat penting dalam membentuk pandangan dan mengurangi risikonya. Laporan tersebut mencatat bahwa normalisasi kebijakan moneter di beberapa negara maju, terutama Amerika Serikat, dapat memicu pengetatan yang lebih cepat dari perkiraan dalam kondisi-kondisi keuangan global.
Meski demikian IMF tidak mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi global di angka 3,5 persen tahun ini. Di tahun depan, IMF memproyeksikan ekonomi global bisa tumbuh 3,6 persen.
Tonton Video Menarik Berikut Ini: