Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag)Â Enggartiasto Lukita mengungkap penyebab meroketnya harga garam yang terjadi belakangan ini. Ia pun menginstruksikan impor garam untuk mengatasinya.
Enggartiasto mengatakan, kenaikan harga garam disebabkan jumlah pasokan yang ja‎uh lebih sedikit ketimbang kebutuhan. Secara hukum ekonomi, pasokan yang sedikit dari kebutuhan membuat harga tinggi.
"Kenaikan harga garam yang cukup tinggi karena kelangkaan. bicara hukum supply dan demand," kata Enggar, di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Jumat (28/7/2017).
Advertisement
‎Enggartiasto melanjutkan, menipisnya pasokan garam dari dalam negeri ini diakibatkan faktor cuaca dengan curah hujan tinggi yang terjadi belakangan ini, sehingga membuat petani garam gagal panen.
Baca Juga
"Kenapa supply-nya terhambat, karena gagal panen, gagal panen karena cuaca, hujan yang terjadi," ujar dia.
Enggartiasto mengatakan, Kementerian Perdagangan telah menunjuk PT Garam melakukan impor garam konsumsi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Ini dengan catatan mempertimbangkan pasokan garam domestik. Dalam impor garam konsumsi, pemerintah pun tidak menetapkan membatasi impor garam karena belum bisa mengetahui jumlah garam yang dipanen.
"Kita tidak bisa menetapkan kuotanya karena kita tidak tahu berapa panennya. Nah mengisi supply nya garam, berapa besar diimpor adalah kalau kita tidak tahu prediksinya. untuk itulah kita tunjuk PT Garam," tutur Enggartiasto.
Sebelumnya, harga garam naik mencapai 100 persen di Gorontalo. Harga garam mencapai Rp 2.500 dari sebelumnya Rp 1.000. Ini membuat sebagian masyarakat heran dengan harga garam yang melonjak.
Stok garam sedikit membuat pedagang mengambil kesempatan untuk menaikkan harga garam tersebut. Dari pantauan Liputan6.com, kenaikan harga garam ini karena stok garam yang tersedia semakin menipis, sehingga beberapa pedagang menaikkan harga hingga dua kali lipat.
Pedagang menyatakan, harga garam yang didapat dari daerah tetangga mencapai Rp 22 ribu per pak dari sebelumnya Rp 15 ribu-Rp 17 ribu.
Hamsah Burhan, salah satu pedagang di pasar Limboto menuturkan, pihaknya kesulitan membeli garam dalam jumlah banyak selama dua minggu ini. Bahkan dia sempat tidak menjual lagi garam karena kehabisan.
Beberapa pedagang mengaku bahwa garam yang saat ini dijual didapat dari daerah tetangga, dengan harga yang sebelumnya hanya seharga 15.000 hingga 17.000 rupiah, kini mencapai 22.000 per pak.
"Saya lalu sempat beli dari Manado, tapi cuma bisa beli 12 pak," ujar Hamsah.
Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Romy Syahrain mengatakan,untuk harga garam yang naik ini bukan hanya dirasakan masyarakat Gorontalo bahkan di daerah-daerah lain di Indonesia. Hal ini diakibatkan mulai berkurangnya produsen - produsen garam di Indonesia sehingga berpengaruh pada jumlah produksi garam.
"Berkurangnya produksi garam bisa juga dikarenakan faktor cuaca, mengingat untuk pembuatan garam dibutuhkan cuaca yang tidak hujan," ujar Romy.
Tak hanya di Gorontalo tetapi juga di Bogor. Sudah lebih dari tiga pekan terjadi kelangkaan garam dapur di Bogor, Jawa Barat. Meskipun barang tersedia, harganya pun naik dibandingkan sebelumnya.
Pada minggu ketiga di bulan Juli misalnya, harga garam bata di Pasar Bogor mencapai Rp 13 ribu per pak, naik dari sebelumnya Rp 8 ribu per pak. Sedangkan untuk harga garam halus mencapai Rp 3 ribu dari harga Rp 1500 per bungkus.
"Naiknya sangat melejit," kata Kepala Pasar Baru Bogor Iwan Arief Budiman, Rabu 26 Juli 2017.
Iwan juga mengaku heran dengan kenaikan harga garam tersebut. Padahal Indonesia merupakan negara maritim. Seharusnya produksi garam melimpah di negara ini.
"Sejak seminggu setelah lebaran, garam langka di pasaran. Setelah ada harganya langsung naik," terang Iwan.
Namun demikian, kenaikan harga garam tidak terlalu berpengaruh bagi masyarakat Bogor karena pemakaian garam sendiri bisa dipakai untuk berhari-hari.
Â
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:
Â