Sukses

RI Mulai Pakai Aspal Campur Plastik

Dari hasil penelitaan aspal yang tercampur plastik kualitasnya lebih baik.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia mulai menggunakan aspal yang dicampur limbah plastik. Dari hasil penelitaan aspal yang tercampur plastik kualitasnya lebih baik. Aspal tersebut diterapkan dalam ‎pembangunan jalan raya di Jimbaran, Bali.

Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek, dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Safri Burhanuddin mengatakan, tidak sulit untuk mencampur plastik dengan aspal‎, karena teknologi yang digunakan cukup sederhana, sehingga bisa diterapkan pada pembangunan jalan di mana pun.

"Karena teknologi ini cukup mudah, semua bisa melakukannya. Saya harapkan bukan hanya Kementerian PU PERA yang akan mengimplementasikannya, tetapi hingga lingkup pedesaan pun bisa melakukannya, dengan memanfaatkan dana desa misalnya," kata Safri, dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Minggu (30/7/2017).

Safri mengungkapkan untuk mengantisipasi kekurangan limbah plastik di masa datang, pihaknya telah bekerja sama dengan asosiasi pengelola sampah plastik.

"ADUPI (Asosiasi Pengelola Sampah Plastik) di 16 kota telah berkomitmen kepada kami untuk menyediakan sampah plastik di kota-kota tersebut," ujarnya.

Kepala Badan Penelitian Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat , Danis Sumadilaga menambahkan, instansinya sedang melakukan standardisasi teknologi pencampuran aspal dengan limbah plastik tersebut.

Untuk diketahui, teknologi tersebut ditemukan oleh seorang ilmuwan kimia dari India, Rajagopalan Vasudevan pada  2015, hingga kini India telah membangun jalan sepanjang lebih dari 25,000 km dari aspal berbahan limbah plastik ini.  

"Nantinya kami akan membagikan kepada semua pihak yang akan membangun jalan dengan plastik ini yang modul untuk pembangunan jalan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Untuk jalan besar atau jalan kecil," kata Danis.

Menurutnya, dari hasil penelitian yang dilakukan pihaknya, aspal yang menggunakan campuran bahan limbah plastik menghasilkan perkerasan jalan yang lebih kuat, lebih tahan lama,  dan lebih murah.  ‎Untuk membangun jalan sepanjang 1 kilo meter (km) dengan lebar 7 m, di Indonesia dibutuhkan 2,5 ton sampah plastik.
Saat ini sedang dilakukan proses pengujian untuk penyusunan modul.

"Untuk jalan dengan beban lalulintas berat dibutuhkan dua lapisan plastik, sehingga kebutuhannya bisa mencapai lima ton," ucap Danis.