Sukses

Tak Ada Andil Lonjakan Harga Garam di Inflasi Juli

BPS memperkirakan harga garam di pasar akan berangsur-angsur turun seiring dibukanya keran impor 75 ribu ton bahan baku garam konsumsi.

Liputan6.com, Jakarta Harga garam di pasaran meningkat hingga 100 persen beberapa waktu terakhir, akibat faktor cuaca yang menyebabkan kelangkaan produksi di dalam negeri.

Namun, lonjakan harga garam konsumsi di Juli dinilai tidak berdampak signifikan terhadap inflasi pada bulan ketujuh ini yang sebesar 0,22 persen.

Kepala BPS Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengakui, harga garam naik signifikan sepanjang Juli ini.

"Tapi bobot garam ke inflasi kecil sekali hanya 0,00 sekian, jadi tidak kelihatan dalam andil inflasi. Kita kan cuma perhatikan yang dominan-dominan saja," ujar Kecuk di kantornya, Jakarta, Senin (1/8/2018).

‎Ia memperkirakan, harga garam di pasar akan berangsur-angsur turun seiring dibukanya keran impor 75 ribu ton bahan baku garam konsumsi ke PT Garam.

"Mudah-mudahan tidak (terus naik harganya). Pemerintah kan sudah membuka keran impor sehingga saya kira harga akan kembali normal," jelas dia.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Yunita Rusanti mengakui bahwa bobot garam terhadap Indeks Harga Konsumen (IHK) sangat kecil, sehingga tidak terlalu berpengaruh ke inflasi Juli ini.

"Tapi kalau dilihat Indonesia kan negara kepulauan, lautnya besar, tapi kok garam saja sampai impor. Jadi yang harus digenjot itu pertama teknologinya," tutur Mantan Direktur Statistik Harga BPS itu.

Tonton video menarik berikut ini:

 

  • BPS atau Badan Pusat Statistik adalah Lembaga Pemerintah Nonkementerian yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

    BPS

  • Harga Garam