Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun dua persen dari level tertinggi dalam dua bulan pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Penyebab pelemahan harga minyak ini karena produsen utama minyak dunia terus memompa pasokan yang membuat investor khawatir akan kelebihan pasokan.
Mengutip Reuters, Rabu (2/8/2017), harga minyak mentah Brent yang merupakan patokan internasional, turun 94 sen atau 1,8 persen menjadi US$ 51,78 per barel. Sementara harga minyak mentah AS berakhir turun US$ 1,01 atau 2 persen menjadi US$ 49,16 per barel.
Dalam survei yang dilakukan oleh Reuters, para analis memperkirakan produksi minyak dari negara-negara anggota Organisasi pengekspor minyak (OPEC) naik pada Juli meskipun ada kesepakatan untuk pengurangan produksi. Hal tersebut membuat pelaku pasar melakukan aksi jual terhadap minyak setelah sejak akhir Juni sebenarnya harga minyak AS telah naik 16 persen.
Advertisement
Baca Juga
"Tampaknya penurunan harga minyak ini lebih disebabkan oleh faktor teknikal. Tetapi kemudian cerita dari OPEC juga membuat investor berlari keluar secara bersamaan," jelas analis Price Futures Group, Chicago, AS, Phil Flynn.
Laporan persediaan minyak di AS dijadwalkan akan keluar pada Selasa dan Rabu. Diperkirakan stok minyak mentah akan turun 2,9 juta barel untuk pekan lalu. Jika memang turun maka stok minyak mentah AS mengalami penurunan dalam lima pekan berturut-turut.
"Investor telah jenuh beli, maka dari itu saat ini banyak orang mencoba untuk menarik keuntungan," kata Direktur Mizuho Americas, Robert Yawger.
Pada perdagangan sehari sebelumnya sebenarnya harga minyak masih terus terangkat. Sentimen yang mendorong kenaikan harga adalah kekhawatiran tentang pembatasan impor minyak Venezuela atau ekspor AS ke negara itu.
Selain itu, kenaikan harga minyak pada perdagangan kemarin karena adanya pengurangan produksi di Eropa sebesar 404 ribu barel per hari akibat kebakaran di kilang Royal Dutch Shell Plc, Belanda.
Tonton Video Menarik Berikut Ini: